Sumber :
VIVAnews - Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mendatangi rumah dijalan Pacuan Kuda Nomor 22 A Kelurahan Arcamanik, Kecamatan Arcamanik Kota Bandung, Kamis 11 April 2013.
Berdasarkan informasi yang diperoleh KPK, kediaman tersebut milik Toto Hutagalung, tersangka kasus suap kepada wakil ketua pengadilan tinggi negeri Bandung.
Seorang penjaga rumah bernama Humeri (49) mengungkapkan bahwa sekitar pukul 10.00 WIB ada satu unit mobil dengan plat nomor B yang diduga KPK didampingi oleh mobil patroli dari Polrestabes Bandung. Rombongan itu kemudian bertanya kepadanya apa benar rumah ini adalah milik Toto Hutagalung.
Namun, setelah mengetahui bahwa rumah tersebut bukan lagi milik Toto Hutagalung, petugas yang diduga dari KPK tersebut segera meminta akte jual beli.
"Tadi ada 4 orang yang turun. Setelah bertanya ini rumah Toto atau bukan, mereka minta akte jual beli dan sempat masuk ke dalam rumah, sepertinya ingin melihat isi rumah," ujar Humeri.
Sudah Kosong
Rombongan itu, menurut Humeri, hanya sekitar 20 menit berada di dalam rumah memeriksa barang-barang. "Tapi kan di dalam sudah tak ada apa-apa lagi setelah dibeli oleh Ibu Dayu, pengusaha dari Banjarmasin. Habis itu mereka balik lagi," kata dia.
Dia menjelaskan rumah tersebut menjadi milik ibu Dayu setelah dibeli dari pemilik sebelumnya Toto Hutagalung pada akhir 2012 lalu.
"Dulu rumah ini dipakai sebagai kantor Gasibu Padjajaran (ormas milik Toto Hutagalung). Namun setelah dibeli, kantornya pindah," ungkap Humeri yang sudah menjaga rumah tersebut sejak tahun 2007 ini.
Kemarin, tim penyidik KPK juga menggeledahan rumah pribadi Toto Hutagalung, yang diduga sebagai pelaku penyuap hakim Setyabudi Tejocahyono.
Penyidik KPK yang terdiri dari 4 orang datang sekitar pukul 15.30 WIB, dengan menggunakan mobil Toyota Kijang Innova abu-abu dengan nomor polisi B 1602 SOA. Tim KPK didampingi 5 orang petugas kepolisian saat melakukan penggeledahan di rumah Toto Hutagalung.
KPK langsung menggedor rumah dua tingkat dengan cat kuning dengan pagar abu-abu itu. Penggeledahan sendiri diduga kuat terkait kasus suap Tipikor PN Bandung Setyabudhi Tedjocahyono pada Jumat, 22 Maret lalu sebesar Rp150 juta. (ren)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
"Tadi ada 4 orang yang turun. Setelah bertanya ini rumah Toto atau bukan, mereka minta akte jual beli dan sempat masuk ke dalam rumah, sepertinya ingin melihat isi rumah," ujar Humeri.
