Sepekan Berlalu, Napi Cebongan Masih Trauma

Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta
Sumber :
  • VIVAnews/Daru Waskita
VIVAnews
Ngeri, ABG di Bekasi Kini Tawuran Pakai Panah
- Panik, tegang dan trauma masih dirasakan oleh tahanan maupun nara pidana yang ada di Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta, meski penyerbuan gerombolan bersenjata yang menewaskan 4 tersangka tahanan titipan Polda DIY telah satu pekan berlalu.

Sri Mulyani Buka Suara soal Rupiah Tembus Rp 16.200 per Dolar AS

Kondisi napi dan tahanan yang panik, tegang dan trauma melihat pembantaian sesama tahanan di Lapas Cebongan diungkapkan oleh Petrus Tri Margono Pr (40), pastor dari Paroki Mlati, Kabupaten Sleman, yang setiap hari Sabtu menggelar misa di Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Sleman.
Pilgub Sumut 2024, Edy Rahmayadi Ambil Formulir Pendaftaran ke PDI Perjuangan


“Meski sudah seminggu kejadian itu berlalu namun para tahanan dan napi masih dalam kondisi panik, tegang dan trauma,” kata Romo Petrus Tri Margono Pr, Selasa 2 April 2013.


Pastor yang lahir di Klaten 1 Juli 1973 ini pun mencoba mencairkan ketegangan yang tampak di wajah 30-an napi dan tahanan dengan menyelingi humor saat kutbah atau homili. “Mereka kemudian bisa tersenyum bahkan ada yang tertawa lepas. Suasanapun berubah jadi santai meski saat itu sedang berlangsung misa,” kata Romo.


Dalam perjamuan suci yang setiap minggunya digelar di Lapas Cebongan yang juga selalu diikuti oleh Kalapas Cebongan B Sukamto Harto yang juga merupakan umat kristiani, para tahanan maupun napi diajak untuk mendoakan para korban penyerangan sadis yang dilakukan oleh gerombolan orang bersenjata. “Kami juga mendoakan gerombolan bersenjata yang sedang jauh dari Tuhan agar mau kembali bertobat,” katanya.


Romo Petrus pun menceritakan pada saat kejadian penyerbuan Lapas Cebongan oleh gerombolan orang bersenjata, Sabtu 23 Maret 2013, dirinya bersama dengan 13 frater atau calon Pastor dari Seminari Tinggi Kentungan berencana memberikan pelayanan ekaristi bagi narapidana dan tahanan penghuni Lembaga Pemasyarakatan Kelas II Cebongan, yang berada di wilayah binaaannya.


Namun demikian mendadak ada telepon dari Lapas Cebongan agar pelayanan misa atau ekaristi dibatalkan karena Lapas baru saja terjadi penyerangan oleh gerombolan orang  bersenjata,  yang mengakibatkan 4 tahanan tewas. “Biasanya kami kalau memberikan pelayanan di Lapas Cebongan diawali dengan perayaan ekaristi, lalu dilanjutkan dengan penerimaan sakramen tobat atau konsultasi pribadi,” katanya.
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya