Mendesak, Tim Independen Penyerbuan LP Cebongan

Lapas Cebongan, Sleman, Yogyakarta
Sumber :
  • VIVAnews/Daru Waskita
VIVAnews
Kasus DBD Melonjak Tajam di Jakarta, Dinkes DKI Ungkap Penyebabnya
- Sosiolog kriminalitas dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Soeprapto, mencermati bahwa pengusutan kasus penyerangan Lapas Cebongan oleh gerombolan bersenjata lengkap yang menewaskan empat tahanan harus melibatkan  tim independen.

Penyerang AC Milan Rafael Leao Bisa Dapat Ballon d'Or

Menurut Soeprapto, tim independen ini diperlukan demi pengungkapan kasus tersebut tanpa berlarut-larut.
Is It Eating Ramen Good for Your Health Body?


“Masyarakat jangan memasang target kasus ini segera tuntas. Saya khawatir nanti ada skenario demi menjaga kewibawaan kepolisian, maka akan ada tersangka palsu yang dijadikan kambing hitam. Untuk itu harus ada tim independen, seperti Komnas HAM dan dari perguruan tinggi,” ujar Soeprapto, di Yogyakarta, Rabu 27 Maret 2013.


Soeprapto menambahkan, yang Saat ini perlu untuk dilakukan adalah menyelamatkan server CCTV yang ada di Lapas Cebongan. Server itu merupakan salah satu sumber bukti kuat untuk mengenal identitas pelaku. Apabila server tidak diselamatkan maka dikhawatirkan akan sulit menuntaskan kasus tersebut.


“Sepanjang pengetahuan saya, umumnya server utama tersimpan di tempat tersembunyi. Tidak mungkin hanya dalam bentuk CPU, tidak mungkin mereka mencari dalam tempo 15 menit,” katanya.


Untuk mengungkap dan menuntaskan kasus penyerangan tersebut, menurut Soeprapto, pihak  kepolisian dan tim independen tidak hanya fokus pada peristiwa penyerangan LP. Namun juga berusaha menelisik lebih jauh peristiwa yang mendahului sebelumnya.


“Penyerangan terjadi karena ada pembunuhan, kita perlu mengetahui dan mempelajari mengapa terjadi. Ada apa di sana, siapa yang berseteru, siapa yang berkonflik. Ini yang perlu digali,” kata soeprapto.


Berbagai kalangan menduga penyerangan tersebut sebagai bentuk aksi balas dendam dari kelompok tertentu. Namun Soepratpo menduga konflik tersebut bukan sekadar aksi balas dendam semata, melainkan lahir dari adanya konflik antar kelompok yang disebutnya telah menggunakan penyalahgunaan ‘wewenang’ dari identitas yang mereka miliki untuk kepentingan mereka.


“Seseorang memiliki multi keanggotaan yang rangkap tidak salah, tetapi kemudian menyalahi wewenang itu untuk digunakan melakukan kooptasi yang menjurus pada eksploitasi yang tidak positif,” kata Soeprapto.


Aksi penyerangan di LP Cebongan pada dini hari itu, menurut Soeprapto, dilakukan oleh tim profesional. Soeprapto mengibaratkan aksi tersebut tak ubahnya sebuah film durasi pendek 15 menit yang digarap oleh sutradara dengan skenario yang cukup baik. Ia pun menduga aksi penyerangan tersebut menelan dana yang tidak sedikit.


“Kelompok yang ditugasi ini tentunya dibiayai,” katanya. (eh)



Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya