Banyak Fotografer Asing Bekerja Ilegal di Bali

mengambil gambar di Pantai Seger, Desa Kute, Praya, Lombok
Sumber :
  • Antara/ Ahmad Subaidi
VIVAnews - Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat Himpunan Produser Photography Indonesia, Erry Wibowo, menuturkan, banyak fotografer asing yang bekerja secara ilegal di Indonesia, khususnya Bali. Fotografer itu masuk ke Indonesia menggunakan visa wisatawan.
Menko Luhut Siap Beri Insentif ke Apple Agar Mau Berinvestasi di RI

"Padahal sesampainya di Bali mereka melakukan kerja-kerja fotografi yang nilainya mencapai miliaran," kata Erry, Sabtu 2 Maret 2013.
Tas Istri Daniel Mananta Dicopet di Mall, Dompet dan HP Raib

Banyaknya fotografer asing yang bekerja secara ilegal di Bali, karena pendapatan dari proyek foto ini sangat menggiurkan. Untuk satu proyek foto saja, fotografer asing ini dibayar hingga puluhan ribu dollar Amerika. "Fotografer asing ini ada yang dibayar hingga US$20 ribu atau setara hampir Rp200 juta untuk satu proyek pemotretan profil hotel internasional di Bali," katanya.
Gus Yahya Sebut Rencana Paus Fransiskus Kunjungi Indonesia Sudah Didengar Sejak 2018

Parahnya, kata dia, nilai itu berbanding terbalik dengan fotografer Indonesia yang mendapat proyek serupa. "Padahal mereka bekerja tanpa ada payung hukum yang jelas. Negara tak dapat pemasukan sama sekali," imbuhnya.

Tak hanya berjumlah ratusan juta rupiah, bahkan untuk sekali memotret, fotografer itu ada yang menerima honor hingga miliaran rupiah. "Di salah satu hotel eksklusif di daerah Sulawesi Selatan, satu foto dibayar hingga Rp1 miliar," kata dia.

Parahnya, tingkat kepercayaan manajemen hotel kepada fotografer lokal begitu rendah. "Mereka maunya bule. Asal bule pasti dipercaya dan dihargai mahal," tuturnya.

Erry berharap agar pemerintah lebih ketat mengawasi izin kerja para fotografer profesional asing di Indonesia. Ia juga meminta agar fotografer Indonesia mendapat lebih banyak kesempatan memotret profil perusahaan bertaraf internasional seperti hotel-hotel berjaringan internasional di Bali.

Sementara itu, Casko Wibowo, fotografer muda dari Bali menganggap hal itu terjadi lantaran ketiadaan patron fotografi nasional. Jika saja ada patron fotografi nasional, katanya, niscaya hal ini dapat dihindari. "Saya melihat Ibu Ani Yudhoyono layak jadi patron fotografi nasional. Saya mendorong Ibu Ani menjadi ibu fotografi nasional," tegas Casko. (adi)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya