Tolak Relokasi, Pengungsi Syiah Sampang Temui DPR

Aksi keprihatinan Untuk Muslim Syiah di Sampang
Sumber :
  • VIVAnews/Anhar Rizki Affandi

VIVAnews - Sebanyak 284 warga Syiah asal Sampang masih mengungsi di Stadion Gelora Olahraga Sampang, Madura, Jawa Timur, sampai hari ini. Sebab, belum ada solusi konkrit meski berbagai kesepakatan sudah ditandatangi pemerintah.

Generasi Muda Harus Cerdas Finansial Dalam Menabung dan Kelola Keuangan

Didampingi Komisi untuk Orang Hilang dan Korban Tindak Kekerasan (Kontras) mengadu kepada Komisi VIII DPR, Jumat 23 November 2012.

Koordinator Kontras Surabaya Andi Irfan mengatakan, berbagai kesepakatan terkait kasus Syiah di Sampang baru selesai di level pusat. Sementara, korban langsungnya sampai saat ini belum jelas, masih menunggu kepastian nasib di pengungsian.

Kondisi Tragis di Gaza, FYP Minta Yordania-Mesir Buka Perbatasan untuk Bantuan Kemanusiaan

"Dari 284 orang di GOR, selama ini malah secara jelas tidak pernah diajak untuk berdiskusi, tidak pernah diajak untuk membicarakan tentang apa sebenarnya yang menjadi harapan dari korban. Saya bisa tegaskan tidak pernah," kata Irfan, Jumat 23 November 2012.

Pemerintah hanya menawarkan beberapa opsi untuk merelokasi pengungsi. Di antaranya, menawarkan sebuah perumahan untuk pengungsi Syiah, relokasi ke rusunawa di Sidoarjo, membuat hunian sementara di satu lahan kosong di daerah sekitar Camplong, Sampang. "Ini semua opsi-opsi yang bukan merupakan aspirasi korban," katanya.

Heru Budi Didesak Segera Bangun Proyek Pengelolaan Sampah Sunter yang Mangkrak 5 Tahun

Irfan menilai relokasi warga Syiah bukan solusi yang tepat. Pemerintah salah mengidentifikasi akar masalah sehingga solusinya pun tidak tepat. 

Dia mengkritisi kesimpulan pemerintah bahwa akar masalahnya konflik keluarga antara kakak beradik Roisul Hukama yang berpaham Sunny dan Tajul Muluk yang berpaham Syiah. Dua saudara ini pun telah mendekam dipenjara. Tajul dijerat dengan pasal penodaan agama, dan Rois sebagai tersangka kerusuhan Sampang.

"Apabila perspektifnya masih melihat ini karena persoalan keluarga Tajul dan Rois maka tidak akan menemukan solusi apa-apa karena itu bukan akar masalahnya," kata Irfan.

Menurutnya, Rois bukan termasuk orang yang bisa menggerakkan massa secara masif. Rois hanya salah satu tokoh masyarakat desa yang digerakkan oleh tokoh-tokoh lain.

"Kalaupun Rois dan Tajul berdamai itu tidak akan menyelesaikan masalah dalam konteks masalah Sunni-Syiah yang digembar gemborkan oleh banyak tokoh agama di Sampang," kata dia.

Irfan menilai, persoalan utamanya justru ketidakmampuan Pemerintah Kabupaten Sampang mengurai desakan yang terus menerus dilakukan oleh komunitas yang ada di Sampang. Yakni, desakan para kyai pemuka Sunny agar Tajul Muluk berhenti mengajarkan ajaran Syiah dan orang-orang keluar sebagai penganut Syiah atau mereka pindah dari Madura. "Dan sampe terakhir belum bergeser dari opsi itu," kata dia.

Menurutnya, pemerintah kabupaten tidak pernah melakukan sosialisasi apapun terkait ajaran Syiah. Masalahnya, dalam masyarakat Madura yang monolitik tidak ada tafsir alternatif. Dia mencontohkan pada 1 November 2012 ada peristiwa beberapa orang didesak untuk menyatakan ke luar dari Syiah. 

"Itu adalah satu bentuk bahwa Pemkab Sampang atau Kemenag Sampang tidak melakukan sosialisasi. Yang terjadi malah sebaliknya," kata dia. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya