Relawan MER-C di Gaza Tak Aman, Persediaan Makanan Menipis

serangan udara israel ke Gaza november 2012
Sumber :
  • REUTERS/Suhaib Salem

VIVAnews – Sebanyak 28 orang relawan Medical Emergency Rescue Commitee (MER-C) di Gaza, Palestina, dinyatakan tak aman. Ini karena relawan konstruksi yang sedang membangun Rumah Sakit Indonesia di Bayt Lahiya, Gaza Utara itu berada di kawasan yang rawan terkena serangan militer Israel.

Para relawan itu kini berlindung di ruang bawah tanah (basement) Rumah Sakit Indonesia yang masih dalam tahap pembangunan itu. Mereka tidak diperkenankan keluar hingga situasi dinyatakan aman. Basement itu awalnya dirancang dan dibangun untuk menyimpan logistik dan obat-obatan ketika rumah sakit sudah dapat difungsikan.

“Memang tidak ada jaminan keamanan. Tapi mereka memilih tetap bertahan dan melanjutkan pengerjaan pembangunan. Daerah itu memang daerah ‘panas’ dan padat penduduk,” kata Ketua Divisi Konstruksi MER-C, Ir Faried Thalib, dalam konferensi pers di kantor pusat MER-C, Jakarta, Senin 19 November 2012.

Lokasi Rumah Sakit Indonesia yang kini menjadi tempat berlindung bagi 28 relawan MER-C itu berdekatan dengan markas Al Qassam, satu di antara beberapa faksi di Hamas yang berkuasa di Gaza. Oleh sebab itu ada kekhawatiran lokasi sekitar di Rumah Sakit Indonesia juga dijadikan sasaran serangan militer Israel.

Rabu pekan lalu lalu, menurut laporan relawan di sana kepada Faried, sebuah roket jatuh di sekitar Rumah Sakit Indonesia. Getaran dari ledakan roket itu mengakibatkan sejumlah kaca rumah sakit, termasuk basement, retak. “Walaupun bangunan rumah sakit sudah dirancang semi-safety (cukup aman), itu menunjukkan cukup dekatnya lokasi rumah sakit dengan tempat jatuhnya roket,” ujar Faried.

Atas dasar itu, MER-C telah meminta seluruh relawan untuk tetap bertahan di dalam basement. Jika memang akan tetap melanjutkan pengerjaan pembangunan rumah sakit dengan material seadanya, pun disarankan tetap di dalam basement yang relatif lebih aman daripada di luar.

Makanan Menipis

Presidium MER-C, dr. Joserizal Jurnalis, menyatakan persediaan makanan bagi 28 relawan itu sudah menipis. “Tinggal untuk satu-dua hari lagi.” Oleh karena itu ia berharap ketegangan Israel-Palestina segera mereda, sehingga pasokan makanan dan obat-obatan dapat masuk ke Gaza, tidak hanya untuk para relawan, tapi juga untuk masyarakat Gaza.

Tetapi jika eskalasi pertempuran antara milisi Hamas di Gaza dengan militer Israel belum berakhir dalam waktu dekat, Joserizal memutuskan akan memindahkan para relawan ke pusat kota Gaza atau ke perbatasan Gaza dengan Mesir di Rafah. Menurutnya, itu pilihan yang lebih memungkinkan ketimbang tetap bertahan di basement tanpa makanan.

“Mudah-mudahan perang segera berakhir, sebab warga Gaza sendiri sekarang sibuk menyelamatkan diri masing-masing, sehingga para relawan tidak mungkin berharap mendapat bantuan makanan dari warga. Kalau perangnya belum berhenti juga, ya secepatnya kami pindahkan,” ujar dokter spesialis medan perang itu.

Skenario lain jika pertempuran belum segera berakhir, imbuh Joserizal, MER-C akan mengirim tenaga medis dengan spesialisasi bedah ke Gaza. Mereka akan diperbantukan di Rumah Sakit Assyifa, rumah sakit yang selama ini sudah difungsikan untuk menangani para korban.

Untuk diketahui, Rumah Sakit Indonesia di Gaza dibangun dari sumbangan masyarakat Indonesia. Rumah sakit itu berlokasi di Bayt Lahiya, sekitar 2 kilometer dari perbatasan Israel dengan Gaza. RS ini diperkirakan rampung dan dapat difungsikan akhir 2013 atau paling lambat awal 2014. Pembangunan diperkirakan menelan biaya Rp30 miliar, dan hingga kini baru terkumpul dana Rp21 miliar. (adi)

Bumil Wajib Tahu! Ini Step-by-Step Skincare yang Aman Selama Kehamilan