Malam 1 Muharam, Ritual Mahesa Suro Digelar

KIrab Mahisa Suro
Sumber :
  • VIVAnews/Daru Waskita

VIVAnews - Memperingati pergantian tahun baru Islam 1 Muharram 1434 Hijriyah, warga di Kawasan Pantai Samas Kabupaten Bantul, DIY menggelar ritual Maheso Suro. Ritual mengarah Maheso Suro ini telah dilakukan bertahun-tahun setiap malam 1 Muharam atau Tahun Baru Islam.

Ritual kirab Maheso Suro ini untuk mengenang Maheso Suro yang dipercaya telah mendatangkan kemakmuran warga di pesisir pantai selatan tersebut.

Satu Suro adalah awal bulan pertama Tahun Baru Jawa, bertepatan dengan 1 Muharam. Kalender Jawa pertama kali diterbitkan oleh Raja Mataram Sultan Agung Hanyokrokusumo 1940 tahun yang lalu, mengacu penanggalan Hijriyah (Islam).

Malam hari menyambut datangnya tanggal 1 Muharam  atau 14 November 2012 (malam), masyarakat di Desa Srigading, Kecamatan Sanden, Kabupaten Bantul, Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menggelar prosesi Kirab Tumuruning Maheso Suro yang dimulai pukul 21. 00 WIB.

Dikisahkan oleh Dwi Raharjo, tokoh msyrakat sekaligus Kepala Desa Srigading, dahulu warga Samas dilanda paceklik, tanaman pertanian tidak bisa tumbuh subur. Warga desa selanjutnya memohon doa kepada Tuhan Yang Maha Esa.

Beberapa waktu kemudian warga Samas dikejutkan dengan munculnya seekor kerbau berwarna hitam kelam. Kerbau itu oleh perangkat desa kemudian ditangkap dan dipelihara bersama kerbau-kerbau lokal.

Anehnya, setiap kali kerbau tiban itu merusak sawah ladang yang dilewatinya, tanaman di atas tanah-tanah itu justru tumbuh subur. Setelah beranak pinak, mahesa yang muncul pertama kali di Bulan Suro itu pun menghilang entah kemana.

Karena itu, masyarakat Samas, Srigading selalu mengenang datangnya kerbau hitam itu dengan menggelar ritual Kirab Tumuruning Maheso Suro sejak tahun 1910.

"Masyarakat Pantai Samas, memperingati tumuruning Mahesa Suro sebagai lambang kemakmuran," katanya, Rabu 14 November 2012.

Prosesi kirab tumuruning Maheso Suro ini diawali dari rumah Dwi Raharjo. Umba rampe berupa kerbau, jodang yang berisi aneka makanan (tumpeng) dan buah-buahan, gunungan yang berisi hasil bumi dikirab menuju Pantai Samas yang jaraknya sekitar 1 kilometer.

Setelah tiba di Pantai Samas, uba rampe yang dikirap warga  oleh Mbah Karyono kaum rois setempat didoakan. Namun sebelum didoakan oleh kaum, 4 orang aliran kejawen yaitu Jumbido, Kamijan, Kaswiyo, Wirosojo juga melakukaan doa dengan membakar kemenyan.

Usai didoakan uba rambe berupa gunungan dan makanan diperbutkan warga, sedangkan kerbau mahesa suro dilarung ke laut.

Kapten Timnas Indonesia U-23 Sambut Baik Kembalinya Nathan Tjoe-A-On

Makam Raja

Di tempat lain menjelang malam tahun baru Islam 1434 Hijriyah, pengunjung makam Raja-raja Mataram di Kotagede, Yogyakarta, Rabu (14/11) sore. Ratusan masyarakat dari berbagai daerah di Jawa Tengah dan DIY terlihat berduyun-duyun di beberapa jalan menuju pelataran makam tersebut.

Marno (58) warga Klaten, Jawa Tengah sengaja datang ke makam raja-raja tersebut pada malam tahun baru Islam. Marno datang bersama istri dan saudara-saudaranya.

"Kami ingin berdoa saja di makam raja-raja ini," ucapnya.

Trisni, saudara Marno, juga mengaku hampir setiap malam tahun baru Islam dia datang ke Makam raja-raja Mataram itu. Menurutnya, berdoa di makam raja-raja ini membuatnya lebih tenang. "Lebih mantep," tegasnya.

Makam raja-raja Mataram di Kotagede yang bersebelahan dengan Masjid Gede Mataram tersebut setiap malam tahun baru Islam selalu penuh pengunjung. Para pedagang bunga di pelataran makam juga ketiban rejeki menjelang malam tahun baru tersebut.

Ternyata Ada Deretan negara Sekutu Iran yang Bentuknya Bukan Negara
Warung Madura

Viral Penampakan Minimarket Warung Madura: Tutup Kalau Sudah Kiamat

Warung Madura memang sangat populer di berbagai wilayah Indonesia. Warung kelontong yang menyediakan berbagai kebutuhan ini selalu terbuka 24 jam sehari, kok bisa terjadi

img_title
VIVA.co.id
25 April 2024