- ANTARA/Widodo S.Jusuf
VIVAnews - Menyusul kisruh pada "Jumat keramat" 5 Oktober 2012, dukungan terus mengalir untuk Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK). Sebuah konser bertajuk, "Save KPK," diselenggarakan Minggu pagi, 7 Oktober 2012 mulai pukul 07.00 di Bundaran Hotel Indonesia.
Dalam kesempatan itu, Rektor Universitas Paramadina, Anies Baswedan naik ke podium menyampakan orasinya.
"Indonesia ini tengah berada dalam persimpangan. Republik ini didirikan oleh orang-orang bersih, penuh integritas. Dan sekarang kita lihat sebagian yang mengelola negeri ini bukan orang yang punya integritas," kata Anies di depan ratusan massa berbaju putih.
Anies mengatakan rakyat Indonesia sekarang ini dapat melihat perkembangan negerinya secara gamblang. Oleh karena itu, setiap penyelenggara negara harus hati-hati dalam mengemban amanah.
"Kita di sini untuk memberantas praktek korupsi. Rakyat Indonesia sangat cerdas dan tentu dapat melihat secara adil," ujarnya.
Meski demikian, Anies yang masih saudara dengan penyidik Polri di KPK, Novel Baswedan itu mewanti-wanti massa bahwa problem dewasa ini bukanlah konflik antara KPK dengan Polri.
"Ini adalah pemberantasan korupsi melawan koruptor. Yang kita perangi adalah koruptor bukan institusi Polri," pesannya diiringi teriakan massa yang menyemut.
Perwakilan massa juga tak mau ketinggalan, mereka mempertanyakan keberadaan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) dalam kisruh KPK dengan Polri.
"Pak SBY dulu mengatakan 'Saya berdiri di barisan terdepan dalam pemberantasan korupsi', tapi di mana dia sekarang?," kata seorang pendukung, Nahum.
Nahum yang datang jauh-jauh dari Madiun, Jawa Timur itu sangat bersemangat dalam menyampaikan orasinya. Dia menyatakan kemiskinan di Indonesia adalah akibat banyaknya praktek korupsi.
"Judi, maksiat dihujat. Bagi saya pribadi, tidak ada orang yang hidupnya ingin melaukan maksiat. Dia hanya mencari makan karena kemiskinan. Dan kemiskinan karena koruptor," ujarnya berapi-api.