- REUTERS
VIVAnews - Pemerintah Indonesia tidak hanya mengincar helikopter Apache dari Amerika Serikat untuk melengkapi persenjataan Tentara Nasional Indonesia (TNI). Karena harga Apache yang terlalu mahal, pemerintah mencari sejumlah alternatif sebagai perbandingan.
"Semuanya belum final, kami belum menentukan yang mana karena berkaitan dengan kebijakan DPR. Ada beberapa heli yang kami pilih, diantaranya Apache, Super Cobra, dan Black Hawk," kata Kepala Staf Angkatan Darat, Jenderal TNI Pramono Edhie Wibowo di Gedung DPR, Jakarta, Selasa 2 Oktober 2012.
Untuk Super Cobra, kata Pramono, ditawarkan dengan harga US$15 juta. Heli tersebut juga buatan dari AS dengan spesifikasi 45 persen sama dengan Apache, tetapi kemampuannya masih di bawahnya. Kemudian Black Hawk, yang dulunya heli serbu atau angkut, kemudian dikembangkan lagi jadi heli serang.
Jadi, kata Edhie, pembelian Apache ini tergantung dari dana yang diserap. Pramono juga mengungkapkan alasan mengapa TNI harus memiliki helikopter serang. Menurutnya, helikopter serang diperlukan untuk perlindungan darat. "Jadi, andai kami mau melakukan pegerakan, heli ini yang melindungi tank dari udara," katanya.
Sementara itu, Ketua Komisi I DPR Mahfudz Siddiq, mengatakan jenis pesawat yang paling dibutuhkan Indonesia saat ini adalah jenis pesawat angkut, pesawat tempur, dan pesawat angkut multi fungsi yang bisa dipakai untuk penanggulangan bencana. "Kalau saya lihat, kebutuhan jangka panjang pesawat Chinook masih dibutuhkan," ujarnya.
Mahfudz menduga Amerika mempunyai kepentingan untuk memperkuat kerjasama militer dengan Indonesia. "Dan ingin memastikan Indonesia membeli helikopter Apache dari mereka, tapi persetujuan itu tidak mengikat, pemerintah tetap terbuka melihat pilihan-pilihan lain," ungkapnya. (eh)
Begal di Depok Nekat Beraksi Siang Bolong demi Beli Sabu
Begal itu menyasar pelajar dan perempuan.
