Alamat: Komplek Perkantoran dan Pemukiman Terpadu
Pemerintah Provinsi Kepulauan Bangka - Belitung
Air Itam Pangkal Pinang
Telepon: 0717- 439325, 439327
Fax: 0717- 439323
Website: bangkabelitungprov.go.id
Wilayah Kota Pangkalpinang, Kabupaten Bangka dan Kabupaten Belitung menjadi Provinsi Kepulauan Bangka Belitung sejak tahun 2000 berdasarkan UU Nomor 27/2000 dan mengalami pemekaran wilayah sebanyak empat kabupaten baru yaitu Kabupaten Bangka Barat, Bangka Tengah, Belitung Timur dan Bangka Selatan sejak tanggal 27 Januari 2003. Provinsi ini memiliki perbatasan langsung dengan Laut Cina Selatan di sebelah utara, Laut Jawa di sebelah selatan, Selat Bangka di sebelah barat dan Laut Cina Selatan di sebelah timur.
Jumlah penduduk sebesar 1,13 juta orang dengan tingkat kepadatan penduduk 68 kilometer persegi (Oktober 2008). Pada triwulan IV 2008, jumlah penduduk sebanyak 1,15 juta jiwa. Jumlah angkatan kerja pada Agustus 2008 mencapai 524 ribu jiwa dengan sektor primer menjadi tumpuan utama dalam penyerapan tenaga kerja sebesar lebih dari 50 persen. Jumlah penduduk yang bekerja sebanyak 503 ribu jiwa. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) sebesar 63,75 persen dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT) sebesar 4,01 persen.
Jumlah penduduk miskin pada Maret tahun 2008 sebanyak 96 ribu jiwa (9,54 persen) dimana 59,4 persen berada di pedesaan. Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun 2009 sebesar Rp 850.000. Jumlah penerima BLT (2005) menurut kategori sangat miskin sebanyak 9 ribu jiwa, miskin sebanyak 19 ribu jiwa, dan mendekati miskin sebanyak 7 ribu jiwa. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di tahun 2006 adalah 71,2, sementara angka indeks untuk Indonesia sebesar 70,1 pada tahun yang sama. Upah Minimum Provinsi (UMP) tahun 2009 sebesar Rp 691.000.
SUMBER DAYA ALAM
Pertanian, Perkebunan dan Perikanan
Luas lahan persawahan mencapai 6,6 ribu ha dengan produksi padi 18,7 ribu ton. Produksi palawija, buah-buahan, dan sayur-sayuran yang dihasilkan mencapai 94,5 ribu ton meliputi jagung, ubi, alpukat, mangga, duku, nangka, salak, pisang, jeruk, kacang, ketimun dan lain-lain.
Luas areal perikanan mencapai 65,3 ribu km² perikanan tangkap dan 371,6 ribu ha perikanan budidaya dengan hasil yang diperoleh 932,47 ton budidaya laut, budidaya tambak, budidaya kolam, budidaya keramba, dan budidaya jaring apung.
Pertambangan
Provinsi Bangka Belitung merupakan daerah potensial di bidang pertambangan seperti timah, kaolin, granit, pasir kwarsa, batu besi (hematite), bauksit, tanah liat, pasir bangunan, batu diabase dan pasir laut.
Tabel 1
Potensi bahan galian di Provinsi Bangka Belitung
No | Jenis Bahan Galian | Cadangan |
1 | Pasir Kuarsa | 252,5 juta ton |
2 | Pasir Bangunan | 321,9 juta ton |
3 | Kaolin | 224,3 juta ton |
4 | Granit | 210,2 juta ton |
5 | Diabas | 89 ribu ton |
Tabel 2
Potensi Bahan Galian C dan Tambang di Provinsi Bangka Belitung
No | Potensi Bahan Galian | Kabupaten | Luas (Ha) |
1 | Batugamping Kuarsa | Bangka, Pangkal Pinang | 60,3 ribu |
2 | Batupasir Gampingan | Bangka | 343,38 |
3 | Batupasir Karbonat, Batu Lempung, Tuff | Bangka | 25,3 ribu |
4 | Batupasir Karbonat, Timah, Kasiterit, Lignit | Belitung | 1,9 ribu |
5 | Batupasir Lempungan, Batulempung Pasiran, Oksida | Bangka, Pangkal Pinang | 513,1 ribu |
6 | Batupasir Lempungan, Batulempung Pasiran | Bangka, Pangkal Pinang | 396,8 ribu |
7 | Batupasir, Rijang, Tuff, Kaolin, Kasiterit, Galena | Belitung | 254,9 ribu |
8 | Granit | Bangka, Pangkal Pinang | 255,2 ribu |
9 | Granit, Kuarsa, Kasiterit | Bangka | 60,6 ribu |
10 | Granit, Oksida Besi, Batupasir Kuarsa, Batupasir | Belitung Timur | 5,3 ribu |
11 | Granit, Pasir Kuarsa, Oksida Besi | Belitung | 20,1 ribu |
12 | Pasir Kuarsa, Oksida Besi | Belitung | 432,35 |
13 | Timah, Batupasir Kuarsa, Batu Lempung | Belitung | 42,2 ribu |
Investor yang menanamkan modalnya di bidang pertambangan bijih timah antara lain PT. Timah Tbk dan juga PT. Koba Tin. Selain itu penambangan bijih timah juga dilakukan oleh pengusaha Tambang Inkonvensional dan masyarakat secara tradisional (tambang rakyat). INDIKATOR 2008 2009 Tw. II Tw. III Tw. IV Tw. I Tw. II Tw. III PDRB Harga Konstan (miliar Rp) 2472.96 2495.07 2448.41 2427.70 2468.70 2531.58 Pertumbuhan PDRB (yoy %) 5.70 5.78 -0.86 -1.64 -0.17 1.46 Laju Inflasi Tahunan (yoy %) 14.69 19.16 18.40 11.33 2.81 1.72
KONDISI EKONOMI MAKRO TRIWULAN III-2009
Perekonomian Bangka Belitung berada dalam masa pemulihan sejalan dengan pemulihan perekonomian secara global. Inflasi telah mencapai titik terendahnya dan selanjutnya akan kembali mengalami peningkatan. Dunia perbankan memperbaiki kinerjanya dengan derasnya capital inflow seiring kembalinya preferensi investor global untuk menanamkan modal ke emerging markets, tingginya perputaran uang menjelang hari raya, dan return yang tinggi pada kegiatan perdagangan dengan memanfaatkan lonjakan pasca krisis. Realisasi fiskal yang diharapkan terkucur lebih banyak pada periode ini sehingga dapat mendorong pertumbuhan ekonomi ternyata baru terealisasi sekitar 40%, sehingga konsumsi masih menjadi pendorong utama permintaan domestik. Perkembangan sistem pembayaran juga mencatat adanya indikasi peningkatan transaksi non tunai yang mengindikasikan meningkatnya transaksi ekonomi di kalangan pelaku usaha.
Proses pemulihan ekonomi di triwulan IV 2009 diperkirakan akan berlangsung secara signifikan. Pertumbuhan ekonomi akan secara tahunan akan mengalami peningkatan cukup tajam walaupun secara triwulanan akan sedikit melambat karena faktor musiman. Motor pertumbuhan ekonomi akan tercipta dari realisasi fiskal yang tinggi, dan dibarengi oleh perbaikan harga komoditas non migas. Faktor risiko di sisi pertumbuhan akan muncul melalui Rupiah yang cenderung terus terapresiasi hingga pertengahan tahun depan dan memberikan tekanan di sisi net ekspor, walaupun volatilitas jangka pendek tetap ada. Tekanan inflasi diprediksi meningkat seiring perbaikan permintaan dunia maupun meningkatnya permintaan domestik dari pemerintah dan swasta. Perbankan akan berusaha memperbaiki persentase NPL dengan mengucurkan kredit baru, dan terus memanfaatkan lonjakan harga pasca krisis sebagai kompensasi situasi yang kurang kondusif pada awal tahun. Frekuensi dan nilai transaksi tunai maupun non tunai diprediksi tidak mengalami banyak perubahan.