Cula Badak Obat Kuat dan Kanker, Mitos

Perburuan badak di Afrika Selatan
Sumber :
  • REUTERS/ Ilya Kachaev

VIVAnews - Badak selamat dari Zaman Es dan harimau bertaring tajam, namun manusia menjadi ancaman terbesar herbivora bercula yang terancam punah.

Pemintaan yang tinggi akan cula badak sebagai bahan obat tradisional dan ornamen di Asia memicu pembantaian besar-besaran, khususnya di Afrika. Sementara di Indonesia, yang jadi habitat Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) juga tak steril dari ancaman.

Cula badak diyakini sebagian orang mengandung khasiat menyembuhkan kanker hingga jadi obat kuat. Benarkah?

Seperti dimuat situs sains, Live Science, penelitian yang dilakukan di Ohio University mengungkap, cula badak sangat unik. Berbeda dengan tanduk hewan lain yang memiliki inti tulang dilapisi keratin, cula badak sepenuhnya terbuat dari keratin.

Menggunakan CT scan, peneliti juga menemukan bercak-bercak hitam di pusat cula yang merupakan deposit mineral padat yang terbuat dari kalsium dam melanin. Kalsium membuat inti cula lebih keras dan padat, sementara melanin melindungi inti dari kerusakan akibat kerusakan dari sinar UV matahari.

Dari definisi tadi, tak ada kandungan istimewa dari cula badak. "Cula badak terbuat dari keratin. Cat yang sangat mirip dengan kuku dari kuda atau sapi, atau kuku Anda sendiri," kata Matthew Lewis dari World Wildlife Fund, seperti dimuat Live Science. "Mengonsumsi cula badak memiliki efek yang sama seperti mengunyah kuku Anda: tidak ada sifat obat apapun."

Sementara, Kepala Urusan Kerjasama dan Humas Taman Nasional Ujung Kulon, Indra K Harwanto mengungkapkan cula punya arti penting bagi badak. "Itu menjadi alat perlindungan diri badak dari serangan musuh. Dalam kondisi terganggu akan muncul sifat liarnya, dia akan menyerang dengan menundukkan kepala dan menubrukkan culanya," kata dia kepada VIVAnews, Selasa 12 Juni 2012.

Jika cula dipotong paksa dari tubuh badak, tak serta merta hewan itu akan mati, namun hal tersebut akan memengaruhi kehidupannya. Mengingat sifat badak yang menyerang jika diganggu, para pemburu lebih memilih melumpuhkan badak sebelum memotong culanya, dengan menembak atau meracunnya.

Padahal, kata Indra, khasiat cula badak masih sebatas mitos. "Belum ada peneliti yang membuktikan khasiat cula badak, tidak ada bukti sahih di dunia medis," kata dia.

Sebelum menjadi taman nasional, sebelum tahun 1980, diakui Indra perburuan Badak Jawa di Ujung Kulon masih marak. Saat ini, kematian hewan tersebut di habitat aslinya bisa dikendalikan. "Kematian terbesar ditemukan pada 1982, ada lima ekor badak ditemukan mati di satu tempat, karena penyakit," kata dia.

Kemudian pada 2012, ditemukan tiga Badak Jawa mati, namun jaraknya berjauhan.

Jika ada badak mati, Indra menegaskan, yang pertama yang dicek adalah apakah culanya masih menempel. Dan, apakah ada luka tembak. "Kalau tak ada mungkin karena tua atau sakit," kata dia.

Tubuh badak yang mati lalu dikubur, kemudian 1-2 minggu kemudian digali untuk diambil rangkanya. "Seluruh bagian tulang badak mulai kepala, ekor, cula, suatu saat bisa jadi alat peraga pengetahuan, agar masyarakat mengetahui morfologi Badak Jawa," kata Indra.  (umi)

MTsN 1 Pati Kirim Tiga Siswa ke Thailand untuk Olimpiade Matematika Internasional
Laura Theux dan Indra Brotolaras

Selamat! Laura Theux dan Indra Brotolaras Dikaruniai Anak Pertama

Laura Theux dan Indra Brotolaras memberi nama  anak pertamanya itu Wayan Victoria Semesta Brotolaras, yang lahir pada pukul 08.06 pagi.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024