Korban Pembantaian Westerling Gugat Belanda

Raymond Westerling
Sumber :
  • verouden.pijnackerweb.nl

VIVAnews -- Menyusul kasus Rawagegede, baru-baru ini sepuluh anggota keluarga korban pembantaian tentara Belanda yang dipimpin Raymond Pierre Paul Westerling resmi mengajukan tuntutan ke Pengadilan Belanda.

Mereka menyatakan, Belanda bertanggung jawab atas pembunuhan suami, ayah mereka pada kurun waktu 1946-1947. Kompensasi alias ganti rugi finansial memang jadi salah satu yang dituntut. Namun, yang utama adalah permintaan maaf dan pengakuan atas penderitaan yang mereka alami.

Pengacara Liesbeth Zegveld, yang sebelumnya juga mewakili korban Rawagede, didaulat untuk mewakili sepuluh penggugat pembantaian Westerling. Melalui sepucuk surat, ia memberitahukan tuntutan itu pada Menteri Luar Negeri Belanda, Uri Rosenthal. "Yayasan yang mewakili kepentingan para korban di Sulawesi Selatan, ingin, bersama Negara, mencari jalan keluar atas kejahatan yang dilakukan di sana," demikian isi surat Zegveld kepada kantor berita Belanda, ANP, seperti dirilis Radio Nederland.

Kejahatan yang dimaksud adalah eksekusi besar-besaran yang dilakukan Kapten Raymond Westerling dan pasukannya yang ditugaskan memulihkan kekuasaan Belanda di Sulawesi Selatan.

Menurut Zegveld, pada tahun 1954 sebuah komisi khusus menetapkan, militer Belanda melakukan kejahatan di Sulewesi Selatan. "Otoritas memilih jalan pengadilan dan eksekusi di luar hukum, sesuatu yang melanggar undang-undang. Para peneliti juga menyimpulkan Kapten Westerling bebas bertindak tanpa pengawasan," demikian Zegveld. Dia menambahkan, otoritas tertinggi di Belanda mengizinkan hal itu.

Pertengahan April silam pihak Kejaksaan memberitahu tidak akan menyelidiki tindak kejahatan tersebut, karena kasus ini telah kadaluarsa sejak tahun 1970-an. Namun, "negara Belanda tidak pernah menyampaikan permintaan maaf atau membayar kompensasi kepada sanak saudara korban," kata Zegveld.

40.000 nyawa dibantai
Hanya setahun -- 1946 sampai 1947 -- tapi perilaku beringas Westerling dan para serdadunya meninggalkan sejarah kelam bagi masyarakat Sulsel. Sebanyak 40 ribu orang tewas dibantai, meski versi  Belanda menyebut angka sekitar 3.000 . Sedangkan Westerling mengaku, korban 'hanya' 600 orang.

Dengan alasan mencari 'kaum ekstremis', 'perampok', 'penjahat', dan 'pembunuh' -- Westerling masuk ke kampung-kampung. Siapa yang dianggap berbahaya bagi Belanda, dibunuh.

Metodenya tak hanya menggunakan berondongan senapan. Dalam sebuah buku yang ditulis Horst H. Geerken, tak hanya menginstruksikan tembak tengkuk -- sebuah metode cepat dan mematikan untuk membunuh, komandan pasukan khusus Belanda itu juga menginstruksikan penggal kepala. "Ratusan karung sarat penggalan kepala dilarung ke laut untuk menghilangkan identitas," demikian isi buku Horst yang dikutip Indonesian Voices.

Baca juga: Kuburan Massal di Bawah Monumen Westerling (eh)

Tekuk Indonesia 3-1, China Kawinkan Gelar Thomas Cup dan Uber Cup 2024
Ilustrasi pelaku

Tarsum Mengaku Dapat Bisikan Gaib Mutilasi Istri, Polisi Ungkap Kondisinya Saat Ini

Tarsum (51) suami yang memutilasi istrinya sendiri, Yanti (44) sempat mengaku dapat bisikan gaib hingga tega melakukan hal keji tersebut.

img_title
VIVA.co.id
5 Mei 2024