Terusir dari Kampung Karena Menganut Syiah

pembakaran pesantren di madura
Sumber :
  • ANTARA/Saiful Bahri

VIVAnews - Tajul Muluk, pemimpin kelompok Syiah Sampang, Madura, yang menjadi korban penyerangan dan pembakaran rumah, kini bersama sejumlah pengikutnya hidup berpindah-pindah. Sejak tempat ibadah dan pondok pesantrennya diserbu massa pada Desember 2011 lalu, Tajul tak bisa kembali ke kampungnya di Sampang.

Hari ini, Rabu 7 Maret 2012, Tajul menemui Komisi Untuk Orang Hilang dan Korban Kekerasan (KontraS) Surabaya minta nasib mereka diperjuangkan. "Sejak kerusuhan itu kami terus berpindah-pindah karena mendapat ancaman teror. Bahkan, jika kembali kami akan dibunuh," kata Tajul di Kantor KontraS Surabaya.

Kelompok Tajul mengaku kecewa karena usai peristiwa pembakaran 29 Desember 2011, dia dan keluarganya dilarang pulang ke tanah kelahiran mereka di Sampang. Menurut mereka, pemerintah juga diam saja, tidak berbuat apa-apa.

"Kami tidak diizinkan kembali ke kampung kelahiran. Jika kembali, diancam dibakar dan dibunuh. Sementara pihak pemerintah dan aparat keamanan tidak berbuat apa-apa atas keselamatan kami sekeluarga," katanya.

Selama itu, Tajul selalu berpindah-pindah ke rumah keluarga di sejumlah wilayah lain di Jatim. Akibatnya, ibunya sempat terguncang jiwanya. "Sebenarnya saya ingin kembali pulang. Kalau terus-terusan begini darimana biaya hidup dan apakah terus bergantung pada orang lain?" katanya, memelas.

Justru jadi tersangka

Tajul menuding kepolisian telah bertindak sewenang-wenang dengan menetapkan dia sebagai tersangka atas tuduhan penistaan agama dan perbuatan tidak menyenangkan.

KontraS Surabaya serta tim advokasi korban kekerasan berlatar belakang agama di Sampang, menyatakan prihatin dan menyesalkan sikap pemerintah. 

"Dari temuan KontraS Surabaya, hingga saat ini pemerintah belum mengambil sikap yang jelas untuk penyelesaian masalah ini," kata
Koordinator KontraS Surabaya, Andy Irfan.

KontraS Surabaya menegaskan, sejak awal ada pembiaran oleh aparat, sehingga terjadi pembakaran. Kemudian, setelah warga Syiah berada di pengungsian, pemerintah juga hanya mengobral janji. "Nyatanya hingga saat ini Ustad Tajul dan keluarganya terus berpindah-pindah tempat, tidak berani pulang karena mendapat ancaman," kata Andy, Rabu.

Tajul Muluk adalah pemimpin komunitas Syiah di Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Omben, Sampang, Madura. Pada 29 Desember 2011 lampau, rumah serta komplek pendidikan miliknya dibakar kelompok anti Syiah. Tiga korban beserta 20 anggota keluarga mereka dilarang pulang dengan alasan keamanan. Mereka, hingga kini tinggal berpindah-pindah tempat. (kd)

Setelah Lepas Hijab, Putri Ridwan Kamil Tegaskan Tak akan Kenakan Pakaian Terbuka
Chicco Jerikho

Sempat Berhadapan dengan Maut, Chicco Jerikho Akui Jadi Semakin Dekat dengan Tuhan

Sempat mengalami sesak nafas, hingga tak bisa sadarkan diri. Chicco Jerikho mengaku saat itu sudah seperti berada di ambang kematian.

img_title
VIVA.co.id
17 April 2024