Ratusan Warga Syiah Madura Masih Mengungsi
- ANTARA/Saiful Bahri
VIVAnews - Pascapembakaran rumah dan musala warga Syiah oleh kelompok Sunni, kondisi keamanan Dusun Nangkernang, Desa Karang Gayam, Kecamatan Omben, Sampang, Madura, Jawa Timur, mulai kondusif. Namun, anggota polisi dan tentara masih melakukan penjagaan untuk menghindari kerusuhan lanjutan.
"Kita masih berjaga-jaga," kata Kapolres Sampang, AKBP Solehan kepada VIVAnews.com, Jumat 30 Desember 2011.
Menurut dia, penjagaan itu dilakukan untuk mencegah terulangnya kerusuhan dan pembakaran. Selain itu, penjagaan dilakukan untuk mengamankan rumah-rumah warga yang selamat dari pembakaran. "Banyak rumah-rumah yang kosong, ditinggal mengungsi oleh pemiliknya," kata dia.
Solehan mengatakan, saat ini ratusan warga dari kelompok Syiah mengungsi ke tempat yang lebih aman. Mulanya, tambah Solehan, para warga Syiah ini mengungsi ke kantor kecamatan. Namun, karena jumlahnya semakin banyak, mereka dipindahkan. "Mereka sekarang mengungsi ke GOR kecamatan yang jaraknya sekitar 2 kilometer dari lokasi kerusuhan," ujar Solehan.
Menurut dia, jumlah pengungsi dari kelompok Syiah ini mencapai ratusan orang. "Sebagian petugas memindah pengungsi, sebagian menjaga rumah yang kosong itu," tambah dia.
Sementara, Center for Marginalized Communities Studies (CMARs) Surabaya, menyebut ketegangan di Sampang, Madura berlangsung sejak tahun 2004. Puncaknya, terjadi pembakaran ponpes milik warga Syi'ah Kamis, 29 Desember 2011 kemarin yang dilakukan sekitar pukul 8.30 WIB. Aksi itu dilakukan oleh sekitar 500 orang massa yang mengaku berasal dari kelompok as-sunnah wa al-Jamaah.
Dalam catatan CMARs, aksi pembakaran ini merupakan peristiwa kedua kali di bulan Desember 2011. Sebelumnya, aksi yang sama dilakukan di rumah Jamaah Syi’ah di Desa Blu’uran, Karang Penang, Sampang pada 20 Desember 2011, dini hari. (eh)
Laporan: Tuji Martudji l Surabaya
Aniaya Pecalang di Bali, Polisi Tangkap Dua Bule Amerika
Polisi menangkap dua turis asing berkewarganegaraan Amerika yang melakukan penganiayaan terhadap pecalang di Bali
