Juwono Sudarsono

Kepemimpinan Berwawasan Kebangsaan

VIVAnews - Kepemimpinan berbeda dengan seorang pemimpin karena hal itu merupakan sebuah sistem. Karena itu, aspek kerjasama, kolektivitas, dan keterpaduan merupakan sebuah keharusan dalam sebuah kepemimpinan. Kegagalan dalam kepemimpinan sering terjadi karena menganggap kepemimpinan sebagai sebuah kerja individual.

Padahal, di zaman modern, tidak ada satu karya atau produk muncul karena karya individual. Sebuah produk umumnya merupakan sebuah karya kolektif. Kita misalnya bisa melihat sebuah industri pesawat terbang,mesinnya dibuat di Inggris, sistem navigasinya di buat di Jerman, sayapnya dibuat di Indonesia, dan lain-lain.

Meski bagian-bagian pesawat itu dibuat diberbagai negara, namun semuanya sudah diatur dengan tepat, sehingga begitu bagian-bagian pesawat tersebut selesai diproduksi, pabrik induk tinggal memasangnya.

Bagian-bagian pesawat itu dibuat dengan ketentuan-ketentuan yang ketat dan terukur sehingga ketika diintergrasikan semuanya pas dan tepat.   Analog tersebut penting dikemukakan karena kita sering melihat kepemimpinan di Indonesia acap kali tidak berjalan sinkron dan harmonis dengan realitas yang dipimpinnya.

Silang pendapat antara para pemimpin dalam mencari solusi terhadap sebuah problem sering terjadi karena tidak adanya sistem kepemimpinan. Di era modern seperti ini, kepemimpinan individual sudah tidak sesuai dengan kompleksitas permasalahan yang dihadapi manusia.

Kasus banjir di Jakarta, misalnya bisa menjadi contoh betapa permasalahan banjir tersebut tidak mungkin bisa diselesaikan hanya pemerintah DKI, dalam hal ini Gubernur.

Masalah banjir Jakarta menggambarkan bahwa permasalahan lokal ternyata tidak bisa diselesaikan secara lokal. Tapi perlu diselesaikan dengan mengajak pihak-pihak lain yang terkait. Baik secara lokal, nasional, regional, maupun global untuk bekerjasama menyelesaikan permasalahan secara integratif dengan melihat problemnya secara whole system, keseluruhan.

Otto Hasibuan Sebut Gugatan Sengketa Pilpres Anies dan Ganjar Sebuah Kemunduran

Dengan pendekatan lokalitas dalam globalitas inilah, kita harus melihat konsep kebangsaan.

Indonesia adalah bagian dari masyarakat dunia yang tidak bisa dipisahkan. Kemajuan IT di dunia telah menghilangkan jarak antara satu titik lokasi dengan titik lokasi lainnya di muka planet bumi, bahkan dengan titik lokasi di jagat raya.

Tanpa melihat keterkaitan global dan universal itu, setiap solusi permasalahan di dalam negeri tidak bisa tuntas diselesaikan. Dengan perspektif itulah wawasan kebangsaan perlu dibangun. Saat ini bangsa Indonesia sudah bisa merasakan betapa besar, kaya dan luasnya negeri, ternyata tidak memberikan solusi mengatasi problem masyarakat.

Ketika pergerakan uang dan modal tidak dibatasi sekat-sekat antarnegara, maka kekayaan dan luasnya sebuah negara tidak lagi menjadi modal kompetitif untuk pembangunan sebuah bangsa. Kini, modal kompetitif tersebut adalah kualitas sumber daya manusia. Dengan tolak ukur inilah, kita mengukur sejauh mana kepemimpinan itu mempunyai wawasan kebangsaan.

MIND ID Pastikan Beri Manfaatan Bagi Daerah Wilayah Kerja, Begini Caranya

Indonesia sendiri adalah negara besar yang nyaris komplit. Penduduk besar, kekayaan alam besar dan secara geopolitik dan geostrategis juga menguntungkan dalam kancah kompetisi Internasional. Akan tetapi, keuntungan-keuntungan tersebut belum termanfaatkan dengan baik.

Bahkan sebaliknya, menjebak Indonesia ke dalam situasi yang menimpulkan krisis. Salah satu penyebab krisis yang paling utama adalah korupsi. Korupsi di sini dalam pengertian  luas, bukan hanya korupsi dalam keuangan negara, tapi juga kedisplinan, waktu, sumpah setia, tekad dan lainnya.

Akar dari masalah multikorupsi tersebut sebetulnya adalah retaknya moral. Bangsa Indonesia terkikis moralnya karena ada ketidakseimbangan atau ketidakadilan dalam kehidupan sehari-hari. Saat ini ketidakadilan meruyak di mana-mana. Mulai dari sistem distribusi kekayaan, penggajian di instansi swasta, lembaga eksekutif dan legislatif, hingga pemanfaatan kekayaan. Ketidak adailan itulah yang menimbulkan problem besar.

Kepemimpinan masa depan di era yang penuh transparansi karena adanya kemajuan tekhnologi informasi yang luar biasa ini, menuntut adanya sisitem yang menjamin terselenggaranya keadilan. Di dalam negeri, kepemimpinan model seperti itu harus dibangun melalui pendekatan intelektual dan moral, yang disertai dengan kemampuan menguasai perlbagai ketrampilan yang diisyaratkan oleh kepemimpinan global.

Dalam konteks inilah, sharing leadership harus diutamakan ketimbang individual leadership. Seorang pemimpin yang berhasil di  masa depan akan bergerak secara terintegrasi dalam rangka membangun manusia, memberdayakan manusia, mendorong dialeg di masyarakat, memacu kreativitas rakyat, mampu mengantisipasi perubahan sosial-budaya, mampu melakukan negosiasi yang efektif dan konstruktif untuk kepentingan bangsa.

Masa depan dunia bergerak cepat. Perubahan demi perubahan akibat kemajuan tekhnologi terjadi dalam waktu singkat. Perubahan itu tentu saja akan membawa serta dampak sosial dan budaya kepada masyarakat. Karena itu, kepemimpinan masa depan harus dinamis dan mampu mengantisipasi segala perubahan akibat dampak teknologi modern.

Meminjam filsafat Tao, kepemimpinan harus bersifat luwes tapi kuat seperti air. Manusia tidak akan dapat membendung dinamika perubahan dunia. Maka yang harus dilakukan kepemimpinan yang berwawasan dalam menghadapi krisis multidimensi dan tantangan global di abad 21 ini adalah berjalan sesuai dinamika global, sambil mencari strategi untuk memanfaatkan dinamika global itu untuk kepentingan nasional.

Tulisan ini diambil dari pidato Juwono Sudarsono, Menteri Pertahanan, dalam sebuah seminar nasional.

Indonesian Students Victim of Germany Human Trafficking Mostly In Debt
Gelandang Manchester City, Rodri

Declan Rice: Rodri Salah Satu Pemain Terbaik di Dunia

Declan Rice memberi pujian untuk Rodri jelang pertandingan antara Manchester City vs Arsenal di Etihad Stadium dalam lanjutan Premier League, Minggu malam WIB 31 Maret.

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024