Akhirnya, 18 Jasad Korban Casa Dievakuasi...

Evakuasi korban kecelakaan pesawat Casa 212 di Bahorok
Sumber :
  • Antara/ Irsan Mulyadi

VIVAnews - Setelah tiga hari pesawat jenis Casa 212 jatuh di pegunungan Bahorok, Sumatera Utara, barulah korban kecelakaan itu bisa dievakuasi. Dengan mengerahkan empat helikopter, Tim Search and Rescue (SAR) mengangkat satu per satu jenazah melalui udara, Minggu, 2 Oktober 2011.

Sambil Menangis, Tyas Mirasih Ungkap Kebaikan Raffi Ahmad dan Nagita Slavina

Kepala Kepolisian Langkat, Sumatera Utara, Ajun Komisaris Besar Mardiyono, menyatakan strategi mengangkat melalui udara ini karena helikopter tak bisa mendarat. "Karena kemiringan lokasi sampai 73 derajat," ujarnya.

Di antara empat helikopter ini, hanya tiga yang bisa dipakai untuk mengangkut 18 jenazah kru dan penumpang pesawat yang hilang kontak pada 07.41 WIB, Kamis lalu itu. Bahkan, ujar Mardiyono, "Mungkin yang aktif (hanya) dua. Satu helikopter hanya bisa untuk mengangkut logistik."

Tips Aman Meninggalkan Rumah Saat Mudik Lebaran, Jangan Lupa Pasang CCTV

Mardiyono mengakui kekurangan helikopter apalagi lokasi yang harus ditempuh jauh. "Juga harus menggunakan helikopter sesuai standar, yakni yang mampu mengangkut beban, bisa naik turun dengan tegak lurus. Jenisnya Bolcow. Jenis itu bisa mengangkut beban," kata dia.

SAR sudah mengupayakan penambahan helikopter namun akhirnya mentok pada empat helikopter itu. Dua heli Bolcow di Polda dan Kodam rusak. "Harusnya ada dua lagi, tapi heli tidak mungkin dipakai," kata dia. Mardiyono menambahkan, sudah berupaya meminta bantuan Mabes Polri. "Namun, Mabes tidak bisa karena lokasi terlalu jauh."

Pimpinan Golkar di Daerah Minta Airlangga Dipilih secara Aklamasi di Munas, Menurut Sekjen

Jalur udara memang menjadi satu-satunya pilihan untuk mengevakuasi 18 jasad korban kecelakaan pesawat Casa 212 yang diterbangkan PT Nusantara Buana Air ini. "Sebab, evakuasi jalur darat makan waktu tiga hari. Lebih efektif melalui udara," kata Komandan SAR Kutacane, Juanda Sodo, saat dihubungi VIVAnews.com.

Juanda menambahkan, tim evakuasi darat dari Kutacane akhirnya balik kanan karena sulitnya medan. Namun, jalur udara pun bukannya tanpa kendala. Waktu evakuasi terbatas karena kondisi cuaca pegunungan. "Pada pukul 17.00 atau 18.00, kabut tebal disertai angin kencang. Lalu, disusul hujan. Karena evakuasi menggunakan helikopter, angin kencang akan mempengaruhi posisi heli," kata dia.

Menurut Juanda, waktu yang tepat melakukan evakuasi adalah pukul 06.00 pagi hingga petang. "Kalau nekat bukan tidak mungkin bakal jatuh korban lagi," kata dia. Itulah sebabnya, evakuasi korban memakan waktu berhari-hari karena harus menghindari kemungkinan kecelakaan baru.

Pengangkatan korban melalui udara, ada dua cara. Pertama melalui helipad. Helikopter mendarat di helipad, dan mengevakuasi korban. Namun, cara ini tak mungkin dilakukan. Helipad darurat tak mungkin dibangun sebab kemiringan lokasi mencapai 73 derajat. "Cara yang bisa ditempuh adalah menggunakan jaring. Jenazah dimasukkan kantung jenazah, dimasukkan dalam jaring, lalu diangkat heli," kata Juanda.

Tiga korban ke Jakarta

Minggu siang, enam jenazah berhasil diangkat oleh helikopter jenis Bell yang disewa PT Nusantara Buana Air. Enam jasad tersebut dibawa menggunakan jaring yang dipasang di bagian bawah helikopter. Masing-masing korban dimasukkan ke dalam kantung jenazah.  Heli yang mengangkut jenazah mendarat di lapangan sepakbola Turangi, yang menjadi titik pendaratan evakuasi.

Mereka dibawa ke Rumah Sakit Adam Malik di Medan untuk diidentifikasi. Belum diketahui siapa saja identitas keenam jenazah itu. "Menurut informasi, empat laki-laki, dua perempuan," kata Mardiyono. Ia belum bisa memastikan apakah keempatnya adalah orang dewasa, atau ada yang masih anak-anak dan bayi.

Mardiyono memastikan seluruh 18 jenazah telah berakhir dievakuasi, terakhir pk. 16.44 WIB, Minggu. “Jenazah sudah dibawa ke RS Adam Malik di Medan," katanya.

Dari 18 korban, 13 orang merupakan warga Kutacane, Nanggroe Aceh Darussalam. Pemerintah Daerah Kutacane telah menyiapkan penyambutan jenazah, berkoordinasi dengan keluarga para korban. 

 "Umumnya korban beragama Islam, sehingga pemakamannya harus disegerakan. Setelah disalatkan di sini, langsung dibawa ke kuburan," kata Juanda.

Kemudian tiga korban akan dibawa ke Jakarta, sementara selebihnya tetap di Medan. "Famal, Budiono, dan Topo alamatnya di Jakarta. Yang tiga itu pasti dibawa ke sini (Jakarta)," kata Safety Manager PT Nusantara Buana Air, Robur AD Rizalianto, saat ditemui VIVAnews.com di kantornya, Jalan Saharjo, Jakarta, Sabtu lalu.

Ketiganya merupakan kru pesawat. Famal Ishak merupakan kapten pesawat, Budiono kopilot, dan Soetopo Flight Operation Officer. Ke mana jasad Budiono diterbangkan masih simpang siur; apakah dibawa ke Jakarta atau langsung ke kampungnya di Mojokerto, Jawa Timur.

"Korban mayoritas beralamat di Medan dan sekitarnya," kata Robur. Untuk proses evakuasi sendiri, rencananya semua korban akan dibawa ke Posko 1 di Bahorok, Kabupaten Langkat. Kemudian, korban akan dibawa dengan jalur darat menuju RS Adam Malik, Medan.

Di Jakarta, keluarga korban salah satu kru Casa 212, Soetopo, berharap-harap cemas menanti kepulangan jenazah. Putra kedua Soetopo, Diego Bono, mengatakan kepada VIVAnews.com, dia berharap jenazah ayahnya bisa dipulangkan sesegera mungkin. "Sedikit kecewa, lambat. Mungkin karena medannya yang sulit, saya tidak bermaksud menyalahkan," kata dia. "Sudah empat hari, mereka (korban) masih diam di pesawat."

Kamis lalu, saat kabar kecelakaan muncul, terbersit harapan di pihak keluarga bahwa Soetopo masih hidup. Sebab, foto yang diambil dari udara menunjukkan, badan pesawat masih utuh. "Apalagi Papa orang yang akrab dengan alam, biasa di gunung," kata Diego.

Namun, informasi yang datang Sabtu lalu--bahwa seluruh penumpang dan kru pesawat tewas--memupuskan harapan itu. Saat ini keluarga sudah bersiap menyambut kedatangan jenazah. Tenda sudah didirikan di rumah duka di Perumahan Villa Japos, Ciledug, Tangerang, Banten. "Kami juga menyelenggarakan acara kebaktian tiap malam. Doa bersama," ujar Diego, seraya menambahkan, ayahnya rencananya akan dimakamkan di Pemakaman Joglo, Jakarta Barat.

Berikut daftar korban pesawat nahas itu:

Penumpang:

1. Aisyah (anak-anak)

2. Astuti (Mrs)

3. Suriadi (Mr)

4. Tia Afriliani (anak-anak)

5. Dr. Suhelman (Mr)

6. Dr. Juli Dhaliana (Mrs)

7. Siwa Sanbugan (Mr)

8. Jefridin (Mr)

9. Tirnau Karsu (Mr)

10. Andi Raylan M Bangko (Mr)

11. Ahmad Arief (bayi)

12. Samsidar Yusni (Mrs)

13. Hamimatul Janah (anak-anak)

14. Hanif Abdilah (bayi)

Kru Pesawat

1. Captain Famal Ishak

2. Copilot Budiono

3. Enginer Nico Matulessy

4. FOO B. Soetopo

 

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya