Bubur Samin, Perekat Kebersamaan Warga Solo

Warga antre Bubur Samin, Solo
Sumber :
  • VIVAnews/Fajar Sodiq

VIVAnews – Waktu menunjukkan pukul 11.30 WIB. Sejumlah pengurus takmir Masjid Darussalam, Jayengan Kidul, Kecamatan Serengan, Solo, mulai terlihat beraktivitas memasak bubur samin. Bubur samin merupakan menu khas berbuka puasa yang ada di Solo. Warga Solo biasanya rela mengantre untuk bisa membawa pulang sajian khas Solo itu.

VIVAnews mencoba mengikuti proses pembuatan bubur samin dari dekat. Pertama, beras diaduk dalam panci berukuran besar. Total beras yang diaduk di panci itu sebanyak 40 kilogram. Beras itu kemudian ditambah dengan irisan daging sapi seberat 10 kilogram, santan kelapa, susu, kapulaga, jinten, kunyit, dan berbagai bumbu rempah-rempahan khas bubur samin.

Para pengurus Masjid Darussalam lalu mengaduk panci besar tersebut dengan sabar, hingga semua bumbu bercampur menjadi satu, dan menghasilkan aroma yang sedap. Ketua Takmir Masjid Darussalam, H. Muhamad Rosyidi mengatakan, bubur itu dinamakan bubur samin karena warna bubur menyerupai warna minyak samin yang  kekuning-kuningan.

“Bubur ini sebetulnya merupakan bubur khas Banjar. Di Martapura, bubur seperti ini dikenal dengan nama sop samin Banjar,” kata Rosyidi kepada VIVAnews, Jumat, 5 Agustus 2011. Sejarah kehadiran bubur samin sebagai menu khas buka puasa di Masjid Darussalam, berawal dari kedatangan para saudagar permata maupun batu hias dari Martapura, Kalimantan Selatan, yang merantau ke Solo.

“Cikal bakal bubur samin sebagai menu buka puasa di masjid ini muncul sekitar tahun 1930 lalu,” tutur Rosyidi. Saat itu, kisahnya, setiap bulan Ramadan, warga perantau selalu mengadakan buka puasa di Masjid Darussalam yang dahulu hanya berupa bangunan langgar atau mushola. Menu buka yang disajikan ialah bubur samin.

“Waktu itu bubur samin dibagikan hanya untuk jamaah langgar saja. Tidak dibagikan ke masyarakat umum seperti saat ini,” jelas dia. Akan tetapi, sejak tahun 1980, bubur samin mulai dibagikan kepada masyarakat sekitar, karena ternyata banyak warga setempat yang meminta. Oleh karena itu, sejak saat itu bubur samin dibuat dalam jumlah banyak, dan dibagi-bagikan.

“Karena banyak yang meminta, pihak takmir mulai membagikan bubur samin kepada masyarakat umum. Masyarakat bahkan meminta bubur tidak hanya dibagikan ke lingkungan sekitar, tapi juga ke daerah sekitar Jebres, Semanggi, hingga Kartasura,” jelas Rosyidi.

Meskipun jadwal buka puasa di Solo jatuh sekitar pukul 17.36 WIB, namun sejak pukul 15.00 WIB warga sudah mulai berdatangan mengantre untuk mendapatkan bubur samin. “Dari kalangan anak-anak hingga orang tua, semua rela menunggu untuk bisa membawa pulang bubur samin,” kata Rosyidi.

Ia menjelaskan, bubur samin yang disediakan pihak takmir Masjid Darussalam adalah sebanyak 700 porsi. Hanya  saja, imbuhnya, jumlah tersebut tidak semuanya dibagikan kepada masyarakat umum. “Sebanyak 550 porsi dibagikan untuk warga, sedangkan 150 porsi sisanya untuk buka bersama di masjid,” kata Rosyidi.

Selain bubur samin, pengurus takmir juga menyediakan menu kopi susu sebagai minuman. Setiap harinya, jumlah kopi yang dihabiskan untuk menjamu para jamaah yang berbuka puasa di masjid itu mencapai 1,5 kilogram kopi, 7 kilogram gula, dan 8 kaleng susu putih.

Alhasil,  biaya pengeluaran untuk memasak bubur samin dan membuat kopi susu itu mencapai Rp1,5 juta. Uang tersebut berasal dari sumbangan para dermawan. Jika dahulu donatur hanya berasal dari masyarakat keturunan Banjar, sekarang Masjid Darussalam menerima sumbangan dari masyarakat umum lainnya. Bubur samin telah menjadi contoh bahwa tali silaturahmi tidak terbatas pada suku atau golongan tertentu. (eh)

Laporan: Fajar Sodiq | Solo

Penjelasan BI soal Layanan Alipay Mau Masuk Indonesia
Vidi Aldiano

Ternyata Vidi Aldiano Suka Berburu Free Ongkir dan Selalu Menang War Produk

Selebriti Vidi Aldiano mengaku suka belanja online dan berburu gratis ongkos kirim. Hal ini ia terapkan demi menghemat pengeluaran.

img_title
VIVA.co.id
24 April 2024