Spiritual Eksentrik di Masjid Pintu Seribu

Masjid Pintu Seribu
Sumber :
  • Muhammad Iyus| Tangerang

VIVAnews -- Nama aslinya, Masjid Nurul Yaqin. Namun, karena saking banyaknya pintu uang ada,  bangunan itu  lebih dikenal dengan sebutan Masjid Pintu Seribu. Meski tak ada yang tahu persis berapa sebenarnya jumlah pintunya.

Terletak di Kampung Bayur RT 03 RW 04, Kelurahan Priuk Jaya, Kecamatan Priuk, Kota Tangerang itu memiliki puluhan ruang yang memiliki ukuran bervariasi antara 4x6 hingga 5x6 meter. Termasuk,  20 kamar atau ruang untuk berzikir. Setiap ruangan memiliki lebih dari dua pintu dan jendela.

Meski tak mewah, masjid yang berdiri di atas lahan sekitar satu hektar ini menawarkan perjalanan dan pengalaman batin atau wisata spiritual yang tidak ditemui di masjid lainnya.

Masuk kedalam masjid itu, jemaah harus melalui pintu khusus. Kemudian melintasi lorong-lorong berupa pintu-pintu sempit. Tiap-tiap ruangan dibatasi tembok dan pagar besi yang dikunci rapat mengunakan gembok.

Tak ada kubah seperti lazimnya masjid lain.  Yang ada pilar-pilar tembok dilapisi keramik memanjang menyerupai benteng.

Masjid berlantai empat itu memiliki ruang-ruang atau kamar yang diberikan nama khusus. Seperti, ruang majelis ta'lim, Musola Fatimah, Safinatul Najah, Tanbihul Ghofilin, Fathulqorib dan lainnya. "Di kamar tasbih, mampu menampung 100 jamaah untuk doa," kata Ustaz Ahmad Mulyadi Hasan Farinduri, juru bicara masjid kepada VIVAnews, Kamis 4 Agustus 2011.

Di kamar tasbih terdapat tasbeh besar yang terbuat dari kayu. Untuk sampai ke ruangan itu, jemaah harus menyelusuri lorong yang sengaja dibiarkan dalam keadaan gelap. Bukan tanpa tujuan, jemaah diharapkan lebih dekat dengan Allah, mengingat alam kubur yang gelap dan sempit.

Semua lorong-lorong itu akhirnya menuju sebuah ruang terbuka yang mirip stadion sepak bola. Di tempat inilah dilakukan shalat berjamaah.

Kabar beredar menyebut, sejumlah ruangan di Masjid Pintu Seribu dipercaya memiliki daya tarik magis. Terutama ketika doa-doa dilantunkan dalam ruangan.

Meski terkesan kuno, masjid ini terbilang baru. Dibangun pada tahun 1979 oleh Al-Faqir Mahdi Hasan Al Qudrotillah. Sebagai penerus kesultanan Banten, Al-Faqir menyebarkan Islam di kawasan Tangerang yang didominasi orang Tionghoa dan masyarakat pribumi.

Selama Ramadan, Ustaz Mul menuturkan, banyak santri secara bergantian membaca Alquran seharian penuh. Mereka diwajibkan khatam membaca Alquran selama bulan Ramadan. Tadarusan itu  dilakukan sejak subuh, siang, sore, tengah malam sampai waktu sahur.
Menjelang buka puasa, biasanya warga berbuka bersama dengan pengurus masjid. Tidak sedikit di bulan Ramadhan ini para peziarah dari luar daerah berdatangan.  (sj)

Laporan: Muhammad Iyus| Tangerang

Cekcok Hebat dan Bergumul di Kamar, Suami Sadis Ini Tega Bunuh Istri Pakai Obeng
(Tengah) Anggota Komisi C DPRD DKI, Esti Arimi Putri

Legislator Soroti Daya Beli Gen Z di Jakarta, Bisa Berkontribusi Besar Kendalikan Inflasi

Anggota Komisi C DPRD DKI Jakarta, Esti Arimi Putri menilai pentingnya upaya pemberdayaan daya beli terhadap semua golongan demi mengendalikan inflasi.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024