- Biro Pers Istana Presiden/Abror Rizki
VIVAnews - Presiden Susilo Bambang Yudhoyono punya cita-cita lain jika tidak lagi menjadi kepala negara. SBY ingin menjadi futurolog, yaitu yang bisa memproyeksikan perkembangan atau arah tren negara atau situasi makro di masa depan. Namun, beda dengan tukang ramal, futurolog menggunakan data-data ilmiah.
Presiden Yudhoyono pun sudah mulai merintis "profesi" itu. "Sebagian waktu saya dihabiskan untuk merencanakan dan menyusun strategi," kata SBY, ketika menerima narasumber "International Conference on Futurology" di Kantor Presiden, Rabu 27 Juli 2011
Selain itu, SBY mengatakan, ia juga menentukan rencana apa yang akan dilakukan dalam beberapa waktu mendatang. "Suatu hari ketika saya pensiun dari kursi kepresidenan, saya dapat bergabung dan mungkin bahkan membentuk klub futurolog," ujar Yudhoyono.
Dalam kesempatan tersebut, SBY mengatakan pekerjaan sebagai futurolog dan peneliti dinilai relevan dengan Indonesia. Terlebih lagi, kata dia, Indonesia saat ini dalam labirin transformasi besar. "Kami telah menjalani proses yang melelahkan reformasi, demokrasi desentralisasi, pengembangan," ujar SBY. Selain itu, kata Yudhoyono, Indonesia telah keluar dari krisis yang membelit 13 tahun yang lalu.
SBY optimistis Indonesia akan lebih baik sepuluh sampai dua puluh tahun mendatang."Selama tujuh tahun memimpin Indonesia dengan semua perubahan dan prestasi, dan pekerjaan yang tersisa," kata dia
SBY mengklaim, visi untuk Indonesia 2030 berada di tempat yang tepat jika diterapkan akan memberikan kita sebuah ekonomi yang kuat dan adil. "ini mimpi saya, demokrasi yang stabil, dan peradaban berkembang," ujar dia
Meski demikian, SBY menyadari bahwa dinamika situasi nasional dan global tidak dapat diprediksi. Hal tersebut, menurut dia, berada di luar kendali. Yudhoyono meminta para futurolog dunia tersebut untuk memberikan berbagai perspektif. "Membantu saya memahami mencapai tujuan nasional dan bisa menyusun strategi yang lebih baik," ujar SBY. (ren)