Mbah Asih Pimpin Labuhan Pertama di Merapi

Juru kunci Merapi pengganti Mbah Maridjan, Asih
Sumber :
  • ANTARA/Regina Safri

VIVAnews - Ritual labuhan di Gunung Merapi digelar setelah erupsi besar pada 26 Oktober 2010. Juru kunci Merapi yang baru, Mas Lurah Sukarso Sihono atau Asihono, memimpin langsung upacara pada Minggu, 3 Juli 2011.

Asihono memimpin ritual pertama kalinya sepeninggal Mbah Maridjan yang tak lain adalah ayahnya sendiri. Ritual tahunan ini dilakukan masyarakat untuk memohon keselamatan.

Ribuan warga Yogyakarta sejak pagi datang untuk mengikuti Labuhan Merapi. Penjagaan ketat dilakukan pada jalur yang digunakan untuk Labuhan Merapi.

"Labuhan untuk memohon keselamatan supaya masyarakat Cangkringan aman dan dilindungi dari marabahaya," kata Mas Lurah Surakso Sihono, Juru Kunci Gunung Merapi kepada VIVAnews.com, Minggu 3 Juli 2011, di Desa Kinahrejo, Cangkringan, Sleman, Yogyakarta.

Lokasi labuhan berbeda dengan sebelum terjadi erupsi 2010. Karena lokasi labuhan yang lama belum bisa dilalui. "Alhamdulillah proses upacara labuhan sekarang lancar," tuturnya.

Masyarakat bersama dengan rombongan abdi dalem Keraton Yogyakarta yang dipimpin juru kunci yang baru menempuh perjalanan yang cukup panjang untuk labuhan. Rombongan berangkat dari lokasi bekas rumah almarhum Mbah Maridjan menuju lokasi labuhan dengan berjalan kaki sejauh 1,5 kilometer.

Rombongan membawa sesajian atau yang akrab disebut ubarampe dalam bentuk kotak berselimutkan kain Jawa yang digotong menuju lokasi labuhan di Gunung Merapi.

Setelah itu, perjalanan dilanjutkan menuju Alas Bedengan. Sesampainya di Alas Bedengan, sebelum ubarampe dilabuh, lebih dulu didoakan Mas Lurah Surakso Sihono yang memimpin jalannya upacara tersebut.

Labuhan Merapi ini digelar dalam rangka Jumenengan Raja Keraton Yogyakarta. Selain di Gunung Merapi, hari ini labuhan yang sama juga digelar di Gunung Lawu.

Barang-barang atau ubarampe yang dilabuh dalam Labuhan Merapi merupakan barang-barang kesukaan Sultan HB X. Antara lain Sinjang Cangkring, Sinjang Kawung, Dhestar Dara Muluk, Semekan Gadung Mlati, dan Semekan Bangun Tulak dan masih banyak lainnya.

"Selain itu, ada sesaji lainnya yang berupa 1 lembar kain yang ditaruh dalam setiap kotak. Di samping itu, ada seswangen atau semacam rokok wangi sebanyak 10 biji," ujarnya.

Biasanya --sebelum erupsi Merapi-- labuhan dilaksanakan di puncak bukit Srimanganti atau sebelum Gunung Kendit. Namun, sekarang dilaksanakan di Alas Bedengan yang letaknya di bawah puncak bukit Srimanganti.

Dalam upacara itu, intinya untuk menghaturkan banyak terima kasih kepada Tuhan Yang Maha Esa karena telah memberi keselamatan serta kesehatan kepada warga masyarakat Yogyakarta dan sekitarnya selama ini.

Labuhan ini sekaligus minta kepada penunggu Gunung Merapi, yakni Empu Rama, Empu Ramadi, Gusti Panembahan Sapujagad, Krincing Wesi, Branjang Kawat, Sapu Angin, dan Mbok Ageng Lambang Sari bisa selalu menjaga Merapi agar masyarakat sekitar Merapi bisa hidup tenang dan aman dari ancaman awan panas Merapi. (art)

Laporan: Juna Sunbawa, Erick Tanjung | Yogyakarta

Dukcapil Jakarta Sebut 8,3 Juta Warga Akan Ganti KTP Saat DKI Berubah Jadi DKJ
[dok. Humas PT BUMI Resources Tbk]

Bumi Resources Masuk 7 Perusahaan Wajib Pajak Terbaik versi DJP Kemenkeu

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) berhasil meraih penghargaan sebagai Perusahaan Wajib Pajak yang memberikan kontribusi terbesar ke negara tahun 2023.

img_title
VIVA.co.id
26 April 2024