Banyak Pesawat Berebut Mendarat di Mesir

Seorang penumpang menunggu di Bandara Kairo, Mesir
Sumber :
  • AP Photo/Bertrand Combaldieu

VIVAnews - Sejumlah negara awal pekan ini mulai sibuk mengevakuasi warga mereka dari Mesir, yang tengah bergejolak. Namun, lalu lintas penerbangan di Mesir kini tengah kacau karena banyak pesawat yang berebut ingin mendarat di Mesir. Selain itu, jadwal kerja para awak maskapai penerbangan di Mesir juga kacau karena pemberlakuan jam malam. 

Menurut kantor berita Associated Press, kekacauan melanda para calon penumpang yang sudah membanjiri bandara internasional di Kairo, Mesir. "Situasinya sudah mirip kebun binatang, kacau sekali," kata Justine Khanzadian, seorang warga Mesir yang ingin ke luar negeri. "Saya memilih pergi karena gelombang protes, pemerintah di sini tidak berjalan stabil," kata mahasiswa American University di Kairo.

Para awak maskapai EgyptAir pun tidak bisa datang tepat waktu karena pemberlakukan jam malam dari pukul tiga sore hingga delapan pagi. Banyaknya barikade di jalan-jalan juga membuat lalu lintas di Kairo menjadi tambah macet.

Sementara itu sejumlah negara dalam waktu bersamaan mengirim pesawat-pesawat untuk mengevakuasi warga masing-masing. Amerika Serikat (AS) menyatakan telah mengevakuasi lebih dari 1.200 warganya melalui pesawat sewaan. AS pun akan menjemput 1.400 orang lagi dalam beberapa hari mendatang.

Menurut Departemen Luar Negeri AS, pada Senin malam sudah ada enam pesawat sewaan yang telah mengangkut warga Amerika ke sejumlah tujuan terdekat, yaitu Siprus, Yunani, dan Turki.

Pemerintah Jerman juga mengirim pesawat khusus milik maskapai Lufthansa pada Senin malam di menjemput warga mereka dari Kairo. "Kami sudah menunggu tiga hari untuk terbang. Namun EgyptAir sudah membatalkan jadwal. Maka kami senang bisa naik Lufthansa untuk keluar dari Mesir," kata Guenther Kremer. Dia mengatakan situasi di Kairo sangat kacau. 

Irak pun mengevakuasi para warganya dari Mesir dengan mengerahkan tiga pesawat. Salah satu pesawat adalah kendaraan dinas milik perdana menteri Irak.

Inggris, India, Portugal, China, Kanada, Azerbaijan, Denmark, dan Turki juga mengirim pesawat. Begitu pula dengan Indonesia. 

Konsekuensinya, banyak pesawat harus bergilir untuk bisa mendarat di Mesir dan terbang secepatnya. Masalahnya, mereka tidak didukung oleh awak di darat yang memadai.

Analisis Metabolisme Tubuh dan Kebutuhan Nutrisi Lewat Tes DNA
Sekjen Golkar Lodewijk Freidrich Paulus bersama Koalisi Indonesia Maju

Pimpinan Golkar di Daerah Minta Airlangga Dipilih secara Aklamasi di Munas, Menurut Sekjen

Sekretaris Jenderal Partai Golkar menyebut para ketua Dewan Perwakilan Daerah (DPD) tingkat I meminta Airlangga Hartarto dipilih secara aklamasi di Munas pada Desember.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024