Awas Banjir Bandang Susulan Intai Wasior

Satu rumah berdiri tegak di antara puing-puing banjir di Wasior, Papua Barat
Sumber :
  • Antara/ Jhuda

VIVAnews - Banjir bandang berpotensi kembali menghantam Distrik Wasior, Papua Barat. Warga diminta terus waspada karena struktur geologis di wilayah ini memiliki kemiringan topografi yang curam sampai terjal, antara 36-70 derajat.

Kemiringan itu terutama di wilayah hulu hingga kaki pegunungan dengan batuan geologi di permukaan tipis dan lapuk.

Peringatan ini dilansir Kepala Badan Geologi, Kementerian ESDM R Sukhyar yang dikutip VIVAnews dari situs kementerian, Sabtu 23 Oktober 2010. "Warga yang masih bermukim di daerah bencana agar tetap menjaga kewaspadaan pada saat hujan deras dan lama di musim penghujan ini karena banjir bandang susulan masih mungkin terjadi bila di bulan-bulan mendatang masih dijumpai curah hujan ekstrim, kata Sukhyar.

Sukhyar juga meminta masyarakat mewaspadai jika terjadi pengurangan debit aliran sungai, karena hal tersebut merupakan salah satu ciri terjadinya pembendungan alur sungai di daerah atas pegunungan.

Banjir bandang melanda Wasior pada 4 Oktober 2010  Wasior, Kabupaten Teluk Wondarma, Provinsi Papua Barat terkena bencana alam banjir bandang.

Data yang dihimpun Tim Tanggap Darurat Bencana Banjir Bandang Wasior Badan Geologi menyebutkan, kondisi geologi wilayah terkena bencana, morfologi Pegunungan Wandiboy umumnya mempunyai kemiringan lereng yang curam dan terjal serta dataran pantai yang sempit yang memanjang dari utara ke selatan.

Resmi, Timnas Indonesia U-23 Dapat Kabar Baik dari Erick Thohir soal Nathan Tjoe-A-on

Selain itu, jenis batuan sepanjang Pegunungan Wondiboy berumur tua dan homogen, serta lapisan lapuknya tipis. Batuan berupa batuan metamorf berupa genes (gneis) kuarsa yang sifatnya mudah hancur dan batuannya mudah pecah.

Struktur geologi yang berkembang berupa patahan (sesar) yang memanjang dari utara sampai selatan di bagian puncak dan kaki pegunungan bagian barat. Keberadaan sesar tersebut mengakibatkan terbentuknya daerah (zona) hancuran yang rentan terhadap longsor oleh hujan dan guncangan gempa bumi.

Diketahui pula pemicu utama banjir Bandang Wasior adalah curah hujan yang tinggi dan lama. Curah hujan sepuluh jam terakhir sebelum kejadian mencapai 179 mm. Kondisi curah hujan ini jauh diatas normal (ekstrim) dari rata-rata 200 mm per bulan.

Curah hujan ekstrim memicu longsoran-Iongsoran di daerah lereng terjal dan menyeret pepohonan, kemudian bahan rombakan ini mengalir ke alur lembah sungai yang berkelok-kelok mengalami hambatan dan terjadi pembendungan. Bahan rombakan yang terdiri dari air, batuan lepas, dan natang pohon dapat membendung alur sungai di beberapa bagian. Kemudian curah hujan yang tinggi menyebabkan bendung yang terbentuk tidak kuat menahan beban akhirnya jebol.

Dalam perjalanannya material yang mengalir semakin ke bawah menggerus dan menyeret batuan yang dilaluinya dan pepohanan yang tumbuh disepanjang pinggiran aliran sungai. Pada akhirnya volume aliran bahan rombakan bertambah banyak, sehingga menyebabkan banjir bandang. Aliran bahan rombakan pada daerah curam, bergerak sangat cepat dan mempunyai daya erosi yang besar, sedangkan pada daerah yang datar alirannya melambat dan menyebar luas.

Energi atau momentum aliran bahan rombakan di daerah dataran sangat besar walaupun kecepatannya melambat tetapi oleh karena melibatkan massa material yang sangat besar. Akibatnya apapun yang ada di depannya akan terseret ke arah hilir atau pantai.

Daerah Terdampak


Wilayah terdampak umumnya berada di dataran yang dekat dengan daerah aliran sungai Terdapat 8 (delapan) daerah aliran sungai yang mengalami banjir bandang, yaitu dari utara sampai ke selatan: Sungai Maemari, Rakwa,  Moru, Anggris, Manggurai, Iriati,  Wondamawi I, dan Sungai Isei.

Terjadinya banjir bandang pada 8 sungai tersebut di atas secara bersamaan berkaitan dengan karakter faktor geologi, kecuraman lereng, dan pemicu curah hujan bersifat sama (homogen). Total luas daerah terdampak sekitar 12,5 km2 dan volume material yang terendapkan di dataran rendah pantai sekitar 12,5 juta m3.

Bencana banjir bandang ini mengakibatkan korban jiwa (153 orang meninggal dan 146 orang hilang) dan korban luka (310 orang), kerusakan fasilitas umum jaringan listrik; jaringan air minum, jembatan, jalan raya, pelabuhan, pasar, rumah sakit, perkantoran, dan pertokoan), dan pengungsian di dalam dan di luar Kabupaten Teluk Wondama mencapai 4.625 orang.

Ilustrasi kekerasan.

TNI AL dan Brimob Bentrok di Pelabuhan Sorong, Begini Endingnya

Prajurit TNI AL terlibat bentrokan dengan sejumlah anggota Brimob di Pelabuhan Sorong, Papua Barat Daya pada Minggu 14 April 2024.

img_title
VIVA.co.id
15 April 2024