Mi Instan Indofood Masih Dominasi Penjualan

Indofood
Sumber :
  • VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis

VIVAnews - Pihak berwenang Taiwan Jumat pekan lalu mengumumkan penarikan semua produk mi instan merek Indomie yang diproduksi PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.

Produk tersebut diduga mengandung sejumlah unsur yang berbahaya. Selain di Taiwan, dua jaringan supermarket terkemuka di Hong Kong untuk sementara waktu juga tidak menjual mi instan yang populer di Indonesia itu.

Menurut laman harian Hong Kong, The Standard, pihak berwenang di Taiwan menyatakan bahwa Indomie yang dijual di negeri mereka mengandung dua bahan pengawet yang terlarang, yaitu methyl p-hydroxybenzoate dan benzoic acid. Dua unsur itu hanya boleh digunakan untuk membuat kosmetik.

Namun, sebagai produsen Indomie, Indofood CBP meluruskan pemberitaan tersebut. "Produk mi instan yang diekspor perseroan ke Taiwan telah sepenuhnya memenuhi peraturan dari Departemen Kesehatan Biro Keamanan Makanan Taiwan," demikian pernyatan tertulis Indofood CBP yang diterima VIVAnews di Jakarta, Senin 11 Oktober 2010.

Perseroan berkeyakinan bahwa pemberitaan mengenai mi instan yang muncul di media massa Taiwan bukanlah produk mi instan Indofood CBP yang ditujukan untuk pasar Taiwan.

Selama ini, Indofood CBP telah mengekspor produk mi instan ke berbagai negara selama lebih dari 20 tahun. "Perseroan senantiasa berupaya memastikan bahwa produknya telah memenuhi peraturan dan ketentuan keselamatan makanan yang berlaku di berbagai negara di mana produk mi instannya dipasarkan," tulis Indofood CBP.

Direktur Indofood CBP, Taufik Wiraatmadja mengatakan, pihaknya telah sepenuhnya memenuhi panduan dan peraturan yang berlaku secara global, yang ditetapkan oleh CODEX Alimentarius Commission, yaitu sebuah badan internasional yang mengatur standar makanan.

Berikut profil singkat Indofood CBP Sukses Makmur, anak usaha PT Indofood Sukses Makmur Tbk.

Menhub Ingatkan Semua Unsur Aparat Pastikan Kelancaran Arus Balik Lebaran

Indofood CBP Sukses Makmur adalah perusahaan yang menerima penggabungan empat perusahaan di bawah Salim Group. Empat perusahaan itu adalah PT Indosentra Pelangi, PT Gizindo Primanusantara, PT Indobiskuit Mandiri Makmur, dan PT Ciptakemas Abadi.

Proses penggabungan empat perusahaan itu dimulai pada September 2009 dan tuntas 17 Maret 2010.

Awalnya, empat perusahaan sebelum bergabung ke dalam Indofood CBP memiliki segmentasi industri yang beragam dari produk penyedap makanan hingga makanan bayi.

Untuk produk penyedap makanan awalnya dipercayakan kepada PT Indosentra Pelangi yang memulai operasi komersial pada 1991 di Cibitung, Jawa Barat. Aset perusahaan pada 2008 mencapai Rp232,2 miliar, sebelum meningkat menjadi Rp302,2 miliar pada 2009.

Sementara itu, PT Gizindo Primanusantara yang berlokasi di Bandung, Jawa Barat dan memulai operasi komersial pada 1989 memfokuskan pada produksi makanan bayi. Aset perusahaan tercatat Rp280,1 miliar pada 2008 dan Rp337,2 miliar (2009).
 
Selanjutnya, PT Indobiskuit Mandiri Makmur memproduksi biskuit. Perusahaan yang berlokasi di Purwakarta itu memulai operasi komersial pada 2005. Aset perusahaan sebesar Rp95,5 miliar pada 2008 dan Rp106,4 miliar (2009).

Perusahaan lainnya yang memproduksi bahan kemasan, PT Ciptakemas Abadi memiliki aset Rp741,2 miliar pada 2008 dan Rp752,1 miliar (2009) memulai operasi komersial pada 1991. Perusahaan berlokasi di Tangerang, Jawa Barat.

Melalui penggabungan empat perusahaan itu, Indofood CBP selanjutnya akan terus mengembangkan bisnis untuk produk konsumen bermerek yang selama ini sangat dikenal di masyarakat, seperti Indomie, Supermi, dan Indomilk. Tidak hanya itu, Indofood CBP juga menggenjot produk penyedap makanan, di antaranya yang cukup populer adalah kecap Indofood dan Piring Lombok.

Selain itu, Chitato dan Chiki Snack adalah beberapa produk makanan ringan yang juga menjadi unggulan perseroan. Untuk segmen makanan bayi, Indofood mengusung beberapa produk bermerek seperti Promina dan SUN.

Per 31 Maret 2010, perseroan memiliki total aset Rp10,63 triliun dengan kewajiban mencapai Rp8,61 triliun. Total penjualan hingga periode tersebut sebesar Rp4,33 triliun dan laba bersih Rp368,06 miliar.

Segmen bisnis mi instan masih mengontribusi penjualan terbesar, yakni Rp3,15 triliun atau 72,8 persen. Disusul segmen dairy dengan salah satu produk andalannya Indomilk yang menyumbang penjualan Rp747,38 miliar (17,23 persen). Sedangkan makanan ringan mengontribusi penjualan sekitar Rp245,96 miliar (5,67 persen).(ywn)

Pemain Timnas Indonesia U-23 rayakan gol Witan Sulaeman

Terpopuler: Hasil Apik Timnas Indonesia U-23, Anthony Ginting Tembus Olimpiade 2024

 Berita mengenai hasil apik Timnas Indonesia U-23 di laga uji coba menjadi buruan pembaca VIVA Bola sepanjang Selasa 9 April 2024.

img_title
VIVA.co.id
10 April 2024