Menyulap Hama Padi Jadi Menu Restoran

Krengsengan emprit
Sumber :

SURABAYA POST -Emprit atau pipit sejak lama dikenal sebagai burung pemakan padi sehingga merupakan musuh petani. Beberapa orang menangkap dan menjualnya hidup, namun kurang laku. Di Kediri, beberapa warung dan restoran kreatif membuat emprit sebagai menu andalan. Rezeki pun deras.

Chandrika Chika Bakal Jalani Rehabilitasi di BNN Lido

Salah satunya adalah Sabar (50), pemilik warung yang menjual kresengan emprit di Gogorante, Kecamatan Ngasem, Kabupaten Kediri. Awalnya, pemilik warung soto daging ini hanya penggemar burung. Dia juga hobi menangkap burung liar. Istrinya, Ny Kasiatun (40), lalu punya ide bagaimana kalau burung tangakapannya itu dijual.

’’Karena saat itu kondisi ekonomi kita juga sangat kekurangan, muncul ide menangkap burung emprit yang banyak di sekitar kita dan sering jadi musuh petani. Hasil tangkapan itu kemudian ditawarkan ke sejumlah warung di Kabupaten Kediri. Pada 2005 kami mendapat pembeli di kawasan Desa Semen,” kata Ny Kasiatun mengenang. Saat itu dia belum buka warung menu daging emprit.

40 Ribu NIK KTP Warga Jakarta yang Sudah Meninggal Dinonaktifkan

Warung yang menjadi pelanggan burung tangakapannya itu berlokasi di desa namun berhadapan dengan Hotel Bukit Daun. Hingga kini, warung itu sudah berpindah tangan dari pemilik awal, namun masih berlangganan daging emprit dari pasangan suami istri Sabar-Kasiatun. Setiap hari dapat menghabiskan 200–300 ekor emprit.

Setelah mendapat satu pelanggan, Sabar-Kasiatun terus mencari pelanggan baru. Kemudian di kota Kecamatan Gurah, dia berjodoh dengan seorang pengusaha restoran sejak lima tahun lalu. Burung emprit dibuat sate oleh restoran itu. Promosisnya juga cukup besar. Begitu melewati kawasan wisata Simpang Lima Gumul (SLG), ada spanduk yang menawarkan sate emprit yang dipasang pemilik restoran itu.

Huawei Optimis Bisa Saingi Android dan iOS, Dorong HarmonyOS ke Pasar Global

’’Memang kalau yang di Gurah itu lebih menonjolkan satenya. Namun juga melayani emprit krengsengan atau emprit goreng. Pelanggannya juga cukup banyak dan lokasinya cukup berkelas. Di sana, satu porsi dengan sepuluh tusuk sate dijual Rp 10 ribu. Setiap hari mengambil 500 ekor daging emprit ke sini,” kata Ny Kasiatun.

Melihat pelanggan daging emprit yang terus meningkat, Sabar dan Kasiatun tertarik warung soto dagingnya juga menyediakan menu emprit. Jadilah sejak tiga tahun lalu, di warung soto dagingnya, juga dijual krengsengan emprit dan emprit goreng. ’’Lumayan, sekarang setiap hari bisa meghabiskan 300–400 ekor. Kalau di sini, satu porsinya Rp 5.000 dan kalau tambah nasi Rp 7.000,” promosi Ny Kasiatun.

Warung dan restoran yang memesan emprit dari Sabar-Kasiatun dalam bentuk daging kini semakin meluas. Di barat Sungai Brantas, tepatnya di dekat Pasar Buah Banyakan, kini juga menjual menu daging emprit dengan masakan goreng dan krengsengan. Menurut pemiliknya, Ny Lilik, yang baru buka warung tiga bulan lalu, sehari terjual 200-300 ekor. ’’Satu porsinya sama dengan di warung Bu Kasiatun, Rp 5.000,” jelasnya.

Di Kota Kediri, tepatnya di dekat objek wisata pemandian Kuwak, kini juga dibuka menu emprit. Kalau di Kuwak, bukanya hanya malam hari. “Dagingnya juga mengambil dari sini, antara 200–300 ekor setiap hari. Pokoknya, dalam bentuk daging, kami setiap hari menjualnya antara 2.000 – 2.500 ekor,” tutur Ny Kasiatun.

Ditanya keuntungannya, juragan emprit ini tidak dapat menjelaskan secara rinci. Pokoknya, hidup mereka lebih ringan jika dibandingkan sebelum menekuni usaha daging emprit ini. Apa tidak kesulitan mendapat pasokan emprit? Ny Kasiatun dan Sabar mengaku tidak ada masalah. ’’Berapa pun permintaan pembeli, saat ini bisa kami layani,” kata Sabar.

Sebab, Sabar kini telah bermitra dengan lima penangkap emprit dari Kecamatan Ngadiluwih, Kandat, dan Prambon. Mereka setiap hari memasok emprit ke rumahnya. Setiap orang, kalau lagi ramai, bisa pasok 1.000–1.500 ekor. Setiap ekor dia beli Rp 200.

Apa kata pelanggan menu emprit? Eko B. Purwito mengaku satu minggu pasti datang ke warung Ny Kasiatun, bersama istri dan dua anaknya yang penggemar krengsengan emprit. ’’Selain gurih dan empuk, dapat mengobati sakit asma. Kalau wanita, katanya menambah kesuburan,” katanya.*

Oleh Gimo Hadiwibowo

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya