Nasib Jakarta Jangan Seperti Mexico City

Panik Gempa di Jakarta
Sumber :
  • AP Photo/Achmad Ibrahim

VIVAnews – Indonesia baru merevisi peta gempa. Namun menurut Ketua Tim Revisi Peta Gempa atau Tim 9, Profesor Mansyur Irsyam, masih banyak sesar yang belum diklasifikasikan. Peta yang ada masih bersifat makrozonasi. Kita masih yang butuh mikrozonasi

Dengan peta mikrozonasi level kota, maka akan bisa diperkirakan kerusakan dan korban jiwa yang mungkin jatuh saat gempa mengguncang.

Indonesia, tambah dia, harus belajar dari perbandingan antara gempa Haiti dan gempa Chile – yang sama-sama terjadi pada tahun 2010.

“Gempa Chile besarnya 8,8 skala Richter dan energinya 500 kali dari Gempa Haiti yang besarnya 7,0 SR. Namun korban jiwa di Chile ratusan, Haiti ratusan ribu jiwa, kata dia dalam acara ‘Paparan Peta Bahaya Gempa Indonesia dan Pentingnya bagi Pemerintah dan Dunia Usaha’ di Hotel Borobudur, Jakarta, Senin 16 Agustus 2010.

Sebab, “Chile mempersiapkan bangunan tahan gempa, UU mengharuskan bangunan tahan gempa,” tambah Mansyur.

Perlunya peta mikrozonasi belajar dari gempa Meksiko tahun 1985. Pelajaran yang didapat, jangan remehkan risiko gempa yang terjadi jauh dari kota.

Justin Hubner Jadi Cadangan, Ini Susunan Pemain Timnas Indonesia U-23 Vs Australia

Saat itu gempa 8,1 SR terjadi jauh di tengah laut. Namun, itu bisa meluluhlantakkan kota itu.   

“Kerusakan luar biasa karena percepatan, dengan kondisi tanah lunak, misalnya gempa berkekuatan ‘x’, menjadi 4,5 x di Mexico City. Sampai di bangunan menjadi 21x. Ini sangat dipengaruhi kondisi tanah,” tambah Mansyur.

Itu artinya, meski belum terdeteksi adanya patahan aktif, Jakarta tak boleh meremehkan potensi gempa.

“Untuk rekomendasi jangka panjang, pemasangan GPS dan melakukan riset di patahan diduga aktif,” tambah dia.

Hal senada disampaikan Dr Danny Hilman Natawidjaja. Meski patahan aktif belum dideteksi di Jakarta, sejarah mencatat gempa besar pernah meluluhlantakkan Jakarta. Misalnya, gempa yang terjadi pada 1699, dan 1852.

“Walaupun pusat gempa jauh, cukup bahaya. Seperti Meksiko, meski gempa jauh di laut, luluh lantak,” kata Danny.

Saat gempa 7,4 SR mengguncang Tasikmalaya pada 2 September 2009. “Itu cukup mengguncang Jakarta, bayangkan sampai 8,5 SR misalnya,” tambah dia.

Sementara Dr Irwan Meliano, ahli geologi ITB mengungkapkan, pentingnya riset gempa.

Contoh kasusnya, gempa Niigata, 16 Juli 2007, dengan kekuatan 6,8 SR menewaskan ‘hanya’ 19 orang, dan korban luka 1000 orang.

Padahal, gempa ini berada di dekat reaktor nuklir.

Sementara, dana penelitian gempa di Indonesia relatif kecil. “ Dana penelitian 5-100 juta per tahun per topik, habisnya buat survei. Ini tak sampai angka miliaran. Sehingga hanya seidikit sekali,” kata dia. (sj)

Kejaksaan Agung menyita aset berupa uang tunai dari kasus korupsi timah

Survei LSI: Mayoritas Rakyat Percaya Kejagung Bakal Usut Tuntas Kasus Korupsi Rp 271 T

Survei LSI menyebutkan, Sebanyak 68,4 persen masyarakat percaya Kejaksaan Agung akan mengusut tuntas kasus korupsi terkait PT Timah yang merugikan negara hingga Rp 271 T.

img_title
VIVA.co.id
18 April 2024