Jamaah Syatariyah Baru Lihat Hilal Sore Ini

makam Syekh Burhanuddin di Ulakan Tapakis, Padang
Sumber :
  • Eri Naldi | VIVAnews

VIVAnews - Sore ini, menjelang magrib, ratusan hingga ribuan anggota jamaah Tarikat Syatariyah di Sumatera Barat akan tumpah ruah di Pantai Ulakan, Kabupaten Padang Pariaman. Baru sore ini mereka akan melihat bulan baru penanda masuknya bulan Ramadan 1431 Hijriyah.

Ritual melihat bulan dengan mata telanjang ini menjadi kegiatan rutin tarikat Syatariyah untuk memulai berpuasa. Tak jarang, karena tidak melihat hilal, ratusan ribu jamaah Syatariyah yang tersebar di sejumlah provinsi , belum melaksanakan puasa Ramadan.

Menurut Ulama Syatariyah Angku Bagindo Syafri, penentuan awal Ramadan dilakukan dalam sidang itsbat lima mursyid (guru) setelah melakukan rukyat. "Bila hilal tidak terlihat mata telanjang, kami bisa berpatokan kalender Islam yang tak pernah lebih dari 30 hari dan tidak kurang dari 29 hari,” ujar Angku Bagindo Syafri pada VIVAnews, Kamis, 12 Agustus 2010 di Padang.

Tarekat Syatariyah lebih mengutamakan sistem rukyat ketimbang hisab secara matematis untuk menentukan awal Ramadan maupun 1 Syawal. Kebiasaan ini menjadi unik karena rukyat yang dilakukan ulama Syatariyah tidak dilengkapi dengan teleskop atau sejenis alat bantu penglihatan lainnya.

Untuk menetapkan 1 Ramadan tahun ini, melihat bulan akan dilakukan di beberapa titik di Sumbar yakni di Agam, Pesisir Selatan, Sijunjung, dan Koto Tuo (Padang Panjang). Bila nanti sore mereka bisa melihat bulan, hari ini salat tarawih perdana akan digelar di surau-surau dan masjid Syatariyah.

Di Padang, jamaah tarekat Syattariyah menggelar tarawih di Musala Miftahul Istiqamah, Pulau Koto, Pasar Baru.

Perbedaan keyakinan tentang penetapan 1 Ramadan tidak terjadi kali ini saja. Tarikat Syatariyah kerap terlambat untuk memulai puasa.

Berlawanan dengan Syatariah, tarikat Naqsabandiyah cenderung mengandalkan hisab atau menghitung peredaran bumi sehingga bisa menentukan kapan Ramadan dan Syawal untuk lima tahun ke depan. Karena kebiasaan itu, Naqsabandiyah selalu memulai puasa lebih awal. Sedangkan tarikat Syatariyah lebih mementingkan rukyat dengan melihat hilal.

Tarikat Syatariyah memiliki pengaruh yang kuat dalam budaya keseharian masyarakat Minangkabau. Sejumlah tradisi yang tertuang pada anggaran dasar dan anggaran rumah tangga Syatariyah seperti masa berkabung dan berdoa mulai 7 hari hingga 100 hari, masih bertahan hingga kini di sejumlah daerah. (umi)

Laporan Eri Naldi | Padang

Prediksi Piala Asia U-23: Yordania vs Timnas Indonesia
Siswi SMA Negeri 2 Maumere Dilarang ikut Ujian Gegara Nunggak Rp50 Ribu

Siswi SMA Negeri 2 Maumere Dilarang Ikut Ujian Gegara Nunggak Rp50 Ribu

Dian, siswi SMA Negeri 2 Maumere, Kabupaten Sikka, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) mengaku tidak diperkenankan mengikuti ujian lantaran memiliki tunggakan uang sekolah

img_title
VIVA.co.id
20 April 2024