Tempe Akan Distandarisasi Nasional

Proses pembuatan tempe
Sumber :
  • Antara/Noveradika

SURABAYA POST - Makanan rakyat tempe bakal distandarisasi untuk menjaga kualitas. Forum Tempe Indonesia menyebut standardisasi untuk membidik pasar menengah ke atas.

Menurut Rizal Syarief, Ketua Forum Tempe Indonesia, konsumsi tempe mengalami peningkatan pasca krisis moneter yang menerpa Indonesia.

29 Pati TNI Naik Pangkat Satu Tingkat Lebih Tinggi, Ini Daftar Namanya

Menariknya, lanjut Rizal, peningkatan konsumen tempe bukan hanya dari kalangan menengah ke bawah yang akrab sudah akrab dengan tempe, tetapi banyak juga yang berasal dari kalangan menengah atas.

Hal itu terlihat dari wilayah pemasaran tempe yang tidak lagi hanya di pasar-pasar tradisional atau pedagang keliling dari kampung ke kampung. Dengan kemasan berbeda, tempe juga bertengger di rak penjualan sejumlah toko ritel modern.

Dalam pengamatan Surabaya Post, tempe di pasar tradisional relatif sama, baik bentuk maupun harganya, yakni antara Rp 2.000 - Rp 3.000 untuk ukuran sekitar 300 gram. Sedangkan di pasar modern, bentuk dan harganya sangat bervariasi.

Di Hypermart Royal Plaza, misalnya, tempe ukuran 300 gram berharga antara Rp 7.150 sampai Rp 8.150. Sedangkan di Bonnet Swalayan Manyar, tempe ukuran 300 gram berharga Rp 7.350.

“Mungkin, mereka (kalangan menengah atas) tahu kalau tempe bisa mencegah jantung koroner, kanker payudara, dan memiliki kandungan isoflavon yang bagus untuk kulit, sehingga mereka pun mengonsumsi tempe,” kata Rizal, di Surabaya.

Lebih lanjut Rizal mengatakan bahwa harus ada perubahan mindset yang menyatakan tempe adalah makanan tradisonal berkelas rendah. Padahal, jika tempe bisa diolah dan diubah penampilannya, maka menu berbahan tempe pun dapat masuk restoran hotel berbintang.

“Setahu kita tempe paling cuma digoreng, atau dibacem, padahal bisa juga diolah menjadi lasagna atau steak. Bahkan, di Prancis, tempe mendapat julukan soy cheesse atau keju kedelai,” ujar Guru Besar Teknologi Pangan Institut Pertanian Bogor ini.

Kronologi Pengeroyokan 4 Pria di Depan Polres Jakpus yang Dipicu Pemukulan Terhadap Anggota TNI

“Karena itulah kami mengusulkan standardisasi tempe untuk menjaga kualitas agar tidak kalah dengan negara lain,” tandasnya.

Standardisasi, lanjut Rizal, nantinya dilakukan pada kandungan kimia, logam berat, mikroba dan nilai gizi sehingga kualitas tempe lebih baik. Hal yang sama disampaikan Made Astawan, Wakil Ketua Forum Tempe.

Pengembangan tempe, menurut Made, diperlukan untuk membawa nama tempe menjadi lebih dikenal. Bahkan, lanjut Made, tempe bisa dikembangkan hingga tiga generasi.

Generasi pertama adalah olahan tempe seperti biasa yang wujudnya sama dengan aslinya. Generasi kedua kedelai yang tak lagi menjadi tempe, melainkan menjadi produk lain seperti tepung.

Pemkot Pontianak Kasih Peringatan ke Seluruh SPBU di Kota Itu, Ada Apa?

Sedangkan generasi ketiga mengolah kedelai menjadi bahan obat dan kefarmasian untuk industri. “Kita sedang mendorong untuk bisa berkembang ke arah sana,” ujarnya.

OIKN saat diskusi pengembangan ekosistem start up

Otorita IKN Dukung Pengembangan Ekosistem Startup di IKN

Pembentukan ekosistem startup dan UMKM sangat penting dalam mencapai target Indonesia Emas 2045

img_title
VIVA.co.id
28 Maret 2024