Saat Bencana, Untung AS Ada ‘911’, Indonesia?

Tsunami di Aceh
Sumber :
  • www.jtic.org / Yuichi Nishimura, Hokkaido University

VIVAnews – Bencana alam tidak pernah bisa diprediksi kedatangannya. Namun, pemerintah, bagaimanapun harus membuat keputusan tepat di saat-saat kritis.

Gak Percaya Anaknya Biasa Pakai Narkoba, Ibunda Chandrika Chika: Saya Tau Anak Saya Seperti Apa

Pakar manajemen krisis dari Sekolah Ilmu Pemerintahan John F Kennedy, Universitas Harvard, Amerika Serikat, Arnold Howitt mengatakan ada kemiripan antara Amerika Serikat, China, dan Indonesia terkait bencana alam.

“Secara geografis, AS dan China, misalnya adalah negara dengan populasi yang besar, tapi jumlahnya tidak terdistribusi secara merata,” kata dia diskusi dalam bertajuk ‘Kepemimpinan dalam Pengelolaan Bencana. Mencari Formulasi untuk Indonesia’ di Kompleks Istana Negara, Jakarta, Kamis 24 Juni 2010.

Suku Bunga BI Naik, Apindo Ungkap 3 Tantangan Ini Hantui Pengusaha

Juga soal masalah yang harus dihadapi terkait bencana. “Ada masalah besar yang dihadapi saat terjadi bencana, yakni dana. Dana yang dibutuhkan ketika bencana demikian luar biasa besar,” tambah Howitt.

Kesiapan masyarakat dan organ-organ pemerintah – misalnya rumah sakit, polisi, maupun pemadam kebakaran – tak kalah penting.

PKS Bakal Sambangi Markas PKB Malam Ini, Bahas Apa?

Saat topan Katrina menerjang negara bagian New Orleans, Amerika Serikat. “Untungnya AS punya layanan darurat – ‘911’,” tambah dia.

Dan Indonesia, bencana tsunami yang menerjang Aceh pada 2004 jadi pelajaran berharga. “Setelah tsunami, dana darurat telah naik tiga kali lipat dibanding sebelum 2004,” tambah dia.

Howitt mengatakan harga sosial yang ditanggung masyarakat saat bencana sangat tinggi. Bencana menurunkan tingkat kesejahteraan, bahkan bagi warga yang tidak terdampak bencana. “Ini risiko yang harus kita tanggung jika kita tidak siap,” tambah dia.

Menurut pria bertitel doktor itu, siap siaga menghadapi bencana lebih baik. “Misalnya, bencana di AS, China, maupun Indonesia telah mengakibatkan kita fokus pada mengatasi kondisi pasca bencana daripada kesiapsiagaan,” tambah dia.

Pandangan pemerintah, juga masyarakat harus diubah dalam memandang bencana. Kata Howitt, ketidakmampuan memprediksi bencana adalah bagian dari kegagalan.

“Masyarakat juga akan menyalahkan mengapa tidak ada prakiraan kapan terjadi bencana, lokasi, dan dampak yang ditimbulkan,” tambah dia.

Siap siaga juga penting untuk mempersiapkan penanggulangan bencana, bukan hanya pusat maupun pada masyarakat

Sebelumnya, dalam rilis yang diterima VIVAnews, Howitt mengaku prihatin saat mendengar Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) banyak diisi tenaga-tenaga yang tidak memiliki kompetensi bidang kebencanaan.

 “Bahkan ada temah yang berseloroh, BPBD lebih banyak diisi sarjana agama,” lanjut dia. Padahal, dengan potensi bencana yang besar, Indonesia harus memiliki tenaga yang mumpuni dalam menangani bencana.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya