Pilkada Surabaya Cetak Rekor Golput

Pemilih usai mencoblos di Pemilihan Walikota Surabaya 2010
Sumber :
  • Antara/ Bhakti Pundhowo

SURABAYA POST – Pesta demokrasi di Kota Surabaya tahun ini dinilai berkualitas amat rendah. Pasalnya, berdasar hitung cepat Lembaga Survei Indonesia (LSI)  tingkat Golput atau voter's turn out (VTO) dalam ajang Pilwali  Surabaya mencapai 58,69 persen.

Terpopuler: Indonesia U-23 Fenomenal, Ernando Ari Kepikiran Arkhan Fikri

Angka golput ini tergolong lebih tinggi dibanding pelaksanaan Pemilihan tahun 2005 yang tercatat sebanyak 48 persen dan Pemilu 2009 tercatat 48,37 persen atau sekitar 1.023.649 suara.

“VTO masyarakat Surabaya terhadap Pemilihan sangat memprihatinkan. Rata-rata VTO di kota-kota besar di kisaran 50 sampai 51 persen tapi di Surabaya tembus 58,69 persen. Ini rekor golput tertinggi di seluruh Indonesia," kata  Direktur Riset LSI, Arman Salam, di Hotel JW Marriott, Surabaya, Rabu 2 Juni 2010 sore.

Sampling random dengan metode acak yang dilaksanakan LSI terhadap 350 Tempat Pemungutan Suara (TPS) dari 4.898 TPS yang tersedia di Pilwali 2010 menyisihkan jumlah pemilih golput warga Surabaya saat pemungutan suara masih tergolong tinggi.  “Kalau dihitung hingga pukul 15.00 wib, berdasar data sampling random yang masuk 99,14 dari 350 TPS, terlihat minat warga Surabaya untuk tidak menyalurkan hak suaranya di Pilwali masih relatif tinggi,” kata Arman didampingi Divisi Riset JIP, Astro Simamora.

Tingginya angka golput ini sudah diprediksi sejak awal. Apalagi KPU Kota Surabaya memutuskan tidak menyediakan TPS khusus di rumah tahanan maupun rumah sakit di Surabaya. Buntutnya, ribuan pasien dan penghuni rutan Medaeng kehilangan hak pilihnya.

Tingginya angka golput juga lantaran masyarakat sudah pesimistis dengan pemimpin yang dinilai tak bisa mengubah nasib Surabaya. Apalagi saat coblosan tepat hari aktif kerja yang sebagian perusahaan swasta masih buka dan beraktivitas seperti biasa. Meski sudah diberikan kebijakan menggunakan hak pilih, aktivitas perkantoran cukup menyita perhatian dan menjadi salah satu faktor masyarakat tidak menggunakan hak pilihnya.

Pengamat politik Unair, Hariyadi, menyatakan pengamatannya sejak semingggu sebelum pencoblosan, masyarakat yang sudah tidak percaya dengan pemimpin cukup dominan. Bagi masyarakat, siapa pun pemimpin Kota Pahlawan nasibnya tetap pada kondisi saat ini. "Bagi masyarakat, buat apa memilih kalau tidak bisa mengubah nasib. Masyarakat seperti ini kemudian tidak menggunakan hak pilihnya," ujarnya.

Laporan Syarif  Abdullah

Pimpinan Ponpes Tajul Alawiyyin, Habib Bahar bin Smith

Top Trending: Habib Bahar Akui Kemenangan Prabowo Gibran hingga Seorang Ulama Kritik Nabi Muhammad

Artikel top trending pertama yakni mengenai Akui Kemenangan Prabowo-Gibran, Habib Bahar: Saya Ambil Hikmahnya PDIP Nyungsep tengah disorot oleh para pembaca

img_title
VIVA.co.id
27 April 2024