Prof Sun, ’Bapak Pasien Kanker’ Surabaya

SURABAYA POST – Tidak ada alasan khusus mengapa Guru Besar Universitas Airlangga, Prof dr R Sunaryadi Tejawinata SpTHT-KL (KOnk) -- yang akrab disapa Prof Sun begitu peduli dengan penderita kanker.

Hanya spesialisasi kedua di bidang Onkologi Penyakit Telinga Hidung Tenggorokan (THT) yang kemudian membuatnya bersentuhan dengan penderita kanker. Sementara pengalaman adanya keluarga yang menderita kanker sama sekali tidak ada.

Pada 1995, Prof Sun merintis tim paliatif yang tidak hanya terdiri atas dokter dan tenaga medis. Tapi juga kader PKK dan Puskesmas .

Ungkapan Airlangga Hartarto Kalau Golkar Bangga Prabowo-Gibran Menang Pilpres 2024

Kunjungan ke rumah pasien yang sudah tidak bisa bergerak (home care) mulai dilakukan. Pengobatan pasien pun tetap terpantau. Mereka juga tidak lagi merasa sendiri dalam penderitaannya dan semangat hidupnya bisa dikembalikan.

Ide melakukan perawatan home care tercetus saat pria kelahiran Cirebon, 23 Agustus 1935, ini melihat penurunan jumlah kunjungan penderita kanker di RSUD dr Soetomo. Itu terjadi pada 1992 saat rumah sakit milik Pemprov Jatim ini mulai memberikan layanan paliatif. Ia bertanya-tanya ke mana perginya pasien-pasien itu. Pasalnya, sebagian besar pasien kondisinya sudah masuk stadium lanjut.

Berpegang pada data yang dimiliki rumah sakit, Prof Sun berinisiatif mencari pasien yang tidak pernah kontrol lagi. Hanya ditemani seorang perawat, ia pun berkeliling Surabaya mencari para pasien tersebut. Kesulitan dialami karena alamat yang tercatat di rumah sakit kerap berbeda dengan alamat yang sebenarnya.

Prof Sun bahkan harus blusukan ke kampung-kampung dengan naik becak untuk mencari alamat pasien karena mobil tidak bisa masuk.

”Saya parkir mobil saya di jalan raya, terus saya masuk ke gang-gang naik becak,” kata Prof Sun.

Selama blusukan mencari pasien, berbagai pengalaman unik dan mengharukan dialami Prof Sun. Pernah ada pasien yang alamatnya sama dengan alamat orang lain. Setelah tanya ke sana ke mari, ternyata pasien itu tinggal di belakang sebuah gedung sekolah dasar.

Ia sangat kaget ketika melihat pasien itu tinggal sendirian di sebuah rumah petak. Kondisi rumah juga cukup mengenaskan dan berukuran sangat kecil. ”Rumahnya menempel di dinding sekolah dan hanya beratapkan sor-soran. Kondisinya sangat menyedihkan,” kata mantan Ketua Pusat Pengembangan Paliatif dan Bebas Nyeri RSUD dr Soetomo ini.

Di dalam rumah, Prof Sun mendapati pasien kanker yang dikunjungi tergolek lemah tak berdaya. Ia juga tinggal sendirian tanpa ditemani keluarga. Tangis haru para pasien yang berhasil ditemukannya membuat Sunaryadi terenyuh.

Dari hasil penelusurannya, Prof Sun menemukan banyak pasien yang tidak bisa berobat ke rumah sakit akibat kondisi yang lemah. Melihat fakta itu, ia pun berpikiran untuk memberikan layanan perawatan dari rumah ke rumah bagi pasien kanker. Terutama pasien yang tidak bisa bangun dari tempat tidur.

”Dengan dikunjungi, pasien merasa dirinya dipedulikan. Semangat hidup pun bangkit kembali meski penyakit yang dideritanya sudah tidak bisa disembuhkan,” ujar bapak dua anak ini.

Namun, keterbatasan tenaga menyadarkan Prof Sun. Ia tidak mungkin melakukan pendampingan sendirian. Tenaga medis di RSUD dr Soetomo yang khusus menangani masalah paliatif juga masih terbatas. Ia pun kemudian mengusulkan konsep kader PKK dan Puskesmas sebagai pendamping pasien kanker stadium lanjut.

Awalnya, dua kader dari setiap Puskesmas di Surabaya dan PKK dilatih cara merawat pasien kanker. Cara mendampingi secara psikologis dan religi juga diberikan. Pendekatan holistik dibutuhkan karena nyeri yang dialami penderita kanker stadium lanjut tidak hanya berasal dari fisik.

Sedang Tersandung Kasus Penyalahgunaan Narkoba, Ammar Zoni Ungkap Doa untuk Anak dan Kelurga

Tapi juga akibat tekanan psikologis, sosial atau spiritual. Karena itu, penghilangan rasa nyeri pada pasien kanker tidak bisa sekadar dengan obat.

Dari pengkaderan yang dilakukan dengan menggandeng PKK dan Puskesmas , banyak orang tertarik untuk bergabung sebagai relawan. Kini, relawan home cari di Instalasi Paliatif RSUD dr Soetomo mencapai 300 orang dan tersebar di seluruh Surabaya. Mereka menyumbangkan tenaga sesuai kapasitas masing-masing. Seperti tenaga administrasi, perawatan pasien kanker atau pendamping secara psikologis.

Setiap Selasa dan Jumat, dua-tiga pasien kanker yang sudah tidak mampu ke rumah sakit dikunjungi di rumahnya. Tim yang datang terdiri atas dokter, petugas medis, psikolog, pendamping spiritual, serta kader PKK atau Puskesmas. Di luar jadwal, pendampingan tetap bisa dilakukan oleh anggota tim.

Meski sudah pensiun, Prof Sun dan istrinya, Prof dr Netty RH Tejawinata SpA(K), tetap aktif dengan kegiatan home care. Prof Sun bahkan didaulat sebagai penasihat di Pusat Pengembangan Paliatif dan Bebas Nyeri RSUD dr Soetomo. ’’Selama tenaga saya masih dibutuhkan, saya akan terus membantu penderita kanker,” katanya.

Kepedulian dan komitmen Prof Sun yang tinggi kepada pasien kanker dan penyakit itu membuat dirinya layak dijuluki sebagai ’’Bapak Pasien Kanker’’ Surabaya.

Reny Mardiningsih

Gelandang Newcastle United, Bruno Guimaraes

Pemain Ini Cocok Gabung Man City, Kata Aguero

Sergio Aguero memberi masukan kepada gelandang Newcastle United, Bruno Guimaraes. Dia memberi saran agar pemain asal Brasil itu pindah ke Manchester City.

img_title
VIVA.co.id
29 Maret 2024