VIVAnews -- Pada 1995 silam, sejumlah warga di Kota Probolinggo tewas setelah mengonsumsi ikan yang oleh warga nelayan setempat disebut ikan buntek. Bahkan, pernah ada 20 orang yang masih bertetangga di Tongas, Kab. Probolinggo keracunan massal dan dilarikan di RSUD Dr Moch. Saleh, Kota Probolinggo.
Walikotamadya Probolinggo saat itu, HM. Soeprapto SH sampai melarang warganya memperjual-belikan ikan buntal. Spanduk larangan pun dipampangkan di sejumlah pasar di Kota Probolinggo.
Dampaknya kemudian, warga Probolinggo pun tidak lagi mau mengonsumsi ikan buntal. Sisi lain, nelayan yang jaringnya menjerat ikan-ikan buntal pun bakal mengumpat. Ikan yang telanjur tertangkap pun kemudian dibuang begitu saja. Seolah-olah ikan buntal tidak berguna, malah mendatangkan petaka.
Berangkat dari keprihatinan banyak warga tewas setelah mengonsumsi ikan yang tubuhnya bisa menggembung (blowfish) itu, Aprilia Fitriani, siswi Kelas XII, SMA Negeri (SMAN) 4 Kota Probolinggo meneliti ikan buntal. Melalui penelitiannya, Aprilia pun menjadi nominator dalam Lomba Penulisan Ilmiah Remaja (LPIR) tingkat nasional, akhir 2009 lalu.
”Di sejumlah daerah di Indonesia, masih ada saja kasus warga meninggal akibat keracunan ikan buntal. Kalau di Probolinggo, kasus keracunan buntal masal pernah terjadi 1995 silam,” ujar Aprilia.
Sebenarnya ikan buntal masih bisa dimakan. ”Tentu saja dengan pengolahan yang tepat seperti yang dilakukan para koki di restoran Jepang,” ujar Aprilia.
Melalui browsing di internet dan membaca sejumlah buku, Aprilia mengetahui, ikan buntal mengandung racun terutama pada hati, telur, dan saluran pencernaannya. Dosis mematikan racun ikan buntal bagi manusia sekitar 2 mg TTX.
Para peneliti dari Institute of Molecular and Cell Biology (IMCB) dan National University of Singapore (NUS) bahkan menunjukkan, ikan buntal menggunakan racun tersebut. Racun tetrodotoxin yang 20 kali lipat lebih mematikan daripada potassium sianida ini digunakannya untuk membantu proses perkembangbiakan dan menghindari pemangsa.
Melalui ketekunannya meneliti ikan buntal, Aprilia menemukan, racun TTX ikan tersebut bisa dikurangi. ”Ternyata, toksin ikan buntal bisa dinetralisasi oleh serbuk arang dari batok kelapa,” ujarnya.
Aprilia pun menceritakan, cara pembuatan arang kelapa yang dibakar. Setelah menjadi arang kemudian dihancurkan dan diambil serbuknya. Serbuk arang batok kelapa ini kemudian dicampur dengan air.
”Saya sudah mengujicoba, jerohan ikan buntal yang beracun direndam di dalam larutan arang batok itu,” ujarnya. Ternyata larutan yang mengandung C11 H17 O8 N3 itu bisa mengikat toksin, yang kemudian dikeluarkan melalui metabolisme tubuh manusia.
Jerohan ikan buntal yang telah direndam tersebut kemudian diberikan kepada mencit (tikus putih). ”Si mencit tidak mati, tetap sehat dan hingga sekarang masih saya pelihara di rumah,” ujar siswi berjilbab itu.
Laporan: Ikhsan Mahmudi
VIVA.co.id
23 April 2024
Baca Juga :
Komentar
Topik Terkait
Jangan Lewatkan
Terpopuler
Selengkapnya
VIVA Networks
Untuk mempermudah pengguna Suzuki Jimny 5 pintu melakukan modifikasi, PT Suzuki Indomobil Sales (SIS) menawarkan obat ganteng, atau aksesori pabrikan untuk Jimny 5 pintu
Benarkah Insecure Dosa? Begini Kata Habib Jafar
Sahijab
sekitar 1 bulan lalu
Istilah "insecure" erat kaitannya dengan tingkat percaya diri seseorang, yang merupakan perasaan yang dapat berubah sesuai dengan situasi yang dialami. Apakah ini dosa?
Ramalan Zodiak Keuangan 24 April 2024, Cancer, Libra dan Pisces Waspada dan Bijak!
IntipSeleb
39 menit lalu
Besok adalah hari yang penuh dengan potensi dan peluang dalam hal keuangan. Yuk, kita lihat apa yang dikatakan oleh bintang-bintang dalam ramalan zodiak keuangan.
Penyanyi dangdut, King Nassar menghebohkan publik dengan unggahannya di Instagram pribadinya. Ia terlihat menghadiri perayaan ulang tahun ke-28 aktris Irish Bella.
Selengkapnya
Isu Terkini