Konflik Majapahit-Pajajaran Akan Dibuat Film

SURABAYA POST – Masih ingat Perang Bubat? Menurut sejarah yang sering disampaikan guru di SD dan SMP, inilah perang antara Kerajaan Majapahit yang berpusat di Jatim dan Kerajaan Pajajaran yang berpusat di Tatar Sunda atau Jabar.

Reaksi Jokowi soal Fotonya Dicopot dari Sejumlah Kantor PDIP

Perang yang berawal dari politik pernikahan rancangan Patih Gajah Mada ini berakhir tragis. Awalnya, Prabu Linggabuana, Raja Kerjaan Pajajaran memenuhi permintaan Prabu Hayam Wuruk mengantar Putri Dyah Pitaloka Citraresmi ke Majapahit, tempat dilangsungkannya pernikahan besar.

Mengantar calon pengantin putri ke tempat calon mempelai putra adalah adat yang tidak wajar saat itu, namun Prabu Linggabuana melakukannya karena yakin pada niat baik Hayam Wuruk, raja yang masih satu nasab dengan para raja Pajajaran.

Kasus Taruna STIP Tewas Dianiaya Seniornya, 36 Saksi Sudah Diperiksa Polisi

Ternyata, kepercayaan Linggabuana dimanfaatkan Gajah Mada, si patih yang punya jiwa ekapansionis seperti termaktub dalam sumpah amukti palapa-nya. Melihat rombongan Kerajaan Sunda yang tak seberapa jumlahnya --karena hanya mengantar mempelai putri-- muncul niat licik Gajah Mada. Dia mendesak Hayam Wuruk agar kedatangan Pitaloka tak dianggap sebagai kedatangan calon mempelai, melainkan bukti takluknya Pajajaran. Tentu saja rombongan Pajajaran tak terima dan lebih memilih bertempur meski jumlah mereka jauh lebih kecil. Hasilnya, tak satu pun anggota rombongan Pajajaran yang hidup.

Seperti diceritakan dalam Kidung Sunda dan Kidung Sundayana, Hayam Wuruk yang merasa bersalah mengirim permohonan maaf ke Kerajaan Pajajaran. Namun, dendam tak mudah dihapus. Cerita rakyat banyak menyebut orang Sunda diminta tidak menikah dengan orang “wilayah timur” (Majapahit).

Kisah Wanita di Mataram, Korban Pelecehan Seksual Justru Dijerat UU ITE

“Perseteruan” budaya ini yang ingin dicairkan melalui media film yang digarap bareng “keturunan” Majapahit dan Pajajaran. Pemprov Jatim dan Pemprov Jabar akan mengangkat kisah pilu ini ke layar lebar. Dana yang dianggarkan Rp 2 miliar, dibagi rata antara kedua pemprov.

Wakil Gubernur Jatim, Saifulah Yusuf, mengatakan, pembuatan film Perang Bubat ini merupakan agenda budaya dan pariwisata. ”Saat ini baru tahap pendalaman materi. Bila selesai, mungkin 2011 pembuatan film mulai digarap,” kata Gus Ipul, begitu dia akrap disapa, Selasa (22/12).

Diakui Gus Ipul, ide pembuatan film ini berasal dari seringnya dia bertemu Wakil Gubernur Jabar, Dede Yusuf. ”Kami ingin membuat Film Perang Bubat secara kolosal seperti Gladiator atau Armageddon,” katanya.

Apakah Gus Ipul dan Dede Yusuf akan bermain di film itu? Menurut kedua pemain film itu –paling tidak Gus Ipul pernah main di film Laksamana Cheng Hoo—mereka takkan ambil peran sebagai pemain.

Sayang, Gus Ipul belum mau menjawab apakah film ini akan diedarkan secara komersial atau hanya menjadi bahan sosialisasi sejarah. Yang jelas, di Jabar kontroversi pembuatan film ini sudah memanas, namun tidak demikian di Jatim. “Orang Jatim banyak yang belum tahu, mungkin,” kata Gus Ipul.

Siska Prestiwati

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya