TNI Bantah Intervensi Larang Film Balibo

VIVAnews - TNI tidak ikut campur tangan soal keputusan larangan penayangan film Balibo Five di Indonesia. TNI menilai film itu berpotensi membuat hubungan Indonesia-Australia memanas.

"Kami TNI tidak mengurusi hal-hal seperti itu (sensor film)," kata juru bicara TNI Marsekal Muda TNI Sagom Tamboen saat dihubungi, Rabu 2 Desember 2009.

Menurut Sagom, masih ada tugas lain yang lebih berat yang harus dilakukan TNI, ketimbang mengurusi soal penayangan film yang berpotensi membuat hubungan kedua negara memanas.

Seperti diketahui, penayangan film 'Balibo Five' di sebuah bioskop di Jakarta kemarin, Selasa 1 Desember 2009, batal dilakukan.

Hanya sejam sebelum tayang, Lembaga Sensor Film (LSF) melarang pemutaran film karya sutradara Robert Connolly yang mestinya tayang perdana hari itu.

Pelarangan LSF terhadap pemutaran perdana Balibo Five yang dilakukan Jakarta Foreign Correspondents Club  juga berarti film tersebut tak akan diputar di Jakarta Internasional Film Festival (JiFFest) yang akan diselenggarakan 4-12 Desember 2009.

'Balibo Five' menceritakan pembunuhan lima wartawan Australia di Timor Timur (sekarang Timor Leste) pada 1975.

Film tersebut dirilis di Australia awal tahun ini, hanya seminggu sebelum Kepolisian Australia (AFP) mengumumkan mereka akan membuka kembali penyelidikan kasus tersebut.

Beberapa petinggi TNI disebut-sebut dalam kematian lima wartawan itu, dua diantaranya masih hidup. Sejumlah mantan petinggi TNI diduga terlibat, termasuk Yunus Yosfiah, anggota Komisi Keuangan dan Anggaran Dewan dari Fraksi PPP.

Nama-nama lain yang disebut adalah Benny Moerdani,  Dading Kalbuadi, dan Cristoforus da Silva. Benny dan Dading telah meninggal dunia.

Cerita Mistis Raffi Ahmad Melihat Komedian Sapri Sebelum Meninggal


ismoko.widjaya@vivanews.com

KPU Nilai Unjuk Rasa Jelang Penetapan Pemilu Hal Biasa dan Selalu Ada
VIVA Militer: Presiden Vladimir Putin dan Jenderal Sergey Shoigu

Negara-negara Barat Tolak Kemenangan Putin Dalam Pemilu 2024 di Rusia

Pemerintah dari negara-negara Barat, mengutuk kemenangan telak Vladimir Putin dalam pemilihan umum Rusia dan menilai kemenangan tersebut sebagai hal yang tidak demokratis

img_title
VIVA.co.id
19 Maret 2024