Mendulang (Angan) Emas Bengawan

SURABAYA POST -- MENDUNG pada sudut langit sebelah barat perlahan-lahan sudah menghitam. Satu dua rintik gerimis mulai jatuh di hamparan pasir yang membentang. Wajah-wajah lelah tercampur gelisah. Dalam benak berbisik, ’’Hujan besar segera tumpah.’’

Namun begitu, tidak kurang dari 60 pasang tangan masih terus setia mengaduk-aduk pasir dan bebatuan bengawan (sebutan Bengawan Solo bagi masyarakat Bojonegoro, red). Hanya ada satu harapan, mendapatkan emas. Belum ada yang berani memberi kepastian, dari mana emas itu berasal, semua masih sebatas argumen dan logika.

Salah seorang sumber di lokasi pendulangan emas di Bengawan Solo ruas Desa Ngraho, Kecamatan Kalitidu, mengatakan, emas yang berserakan di pasir bengawan berasal dari tergulingnya kapal besi milik bangsawan Blora pada zaman kerajaan Brawijaya. Entah dari mana dia mendapatkan informasi ’’berharga’’ itu.

Mengadu peruntungan mencari emas di bengawan seperti mencari madu lebah di musim kemarau. Kemungkinannya sangat kecil. Namun, temuan emas oleh beberapa pendulang, termasuk Ainurrofik pemuda 29 tahun, asal Dusun Bulu Desa Ngraho, menjadi magnet yang sangat kuat. Harapan para pendulang menemukan logam mulia itu mengalahkan segalanya.

Ainurrofik memang sempat mendapatkan 400 miligram setelah menghabiskan waktu tiga hari dalam pencarian emas di Bengawan Solo. Tidak mudah, namun bagi Ainurrofik berapa pun pendapatan dari mendulang emas sangat dia syukuri.

Kepala Desa Ngraho Prastowo Rahadi pernah mengatakan, banyak di antara pendulang yang telah menemukan emas. Bahkan dia mengaku bersama Camat Ngraho menyaksikan sendiri penemuan emas oleh pendulang. Kabar yang beredar, bentuk emas yang ditemukan beberapa pendulang bermacam-macam. Ada yang berupa butiran-butiran yang menggumpal, ada juga yang berbentuk liontin atau giwang.

Surabaya Post sempat mendapati seorang pendulang yang mengaku menemukan emas yang berupa butiran-butiran yang menggumpal. Kabar yang kemudian beredar, temuan itu memang emas ketika dicek tengkulak yang siap menampung temuan para pendulang di sana.

Kepala Bidang Pelestarian Budaya dan Kebudayaan, Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kabupaten Bojonegoro, Dra Saptatik MPd, mengatakan selama ini kesulitan mengidentifikasi jenis emas temuan pendulang. ”Warga yang menemukan emas langsung menjualnya, sehingga sampai sekarang kami belum bisa melakukan penelitian lebih dalam,” ujar Saptatik yang awal pecan lalu berkunjung ke lokasi.

Saptatik hanya mendapatkan lempengan uang kuno, alat tukar beli yang diduga peninggalan zaman Majapahit. Karena benda yang ditemukan bukan emas warga menjualnya dengan harga sangat murah, hanya Rp 5 ribu setiap lempengnya. Namun, hal itu sangat disayangkan oleh Saptatik.

Secara geografis, Desa Ngraho dekat dengan situs Angling Dharma di Mlawatan (Kerajaan Malawapati), jaraknya hanya sekitar 8 km. Konon dulu, pasukan kerajaan Malawapati (legenda Angling Dharma, red) sering melintas di kawasan itu untuk berperang dan berdagang.

Perahu-perahu pasukan kerajaan sering di serang musuh, dan tenggelam di perairan Bengawan. Emas dan lempengan uang logam yang ditemukan kini diyakini berasal dari apa yang dibawa pasukan kerajaan. Namun, semua itu baru sebatas penelusuran yang di lakukan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bojonegoro.

Sejarah Anggling Dharma sangat erat hubunganya dengan budaya kehidupan masyarakat sekitar Bengawan (Reksa Pustaka Mangkunegaran Surakarta yang salah satunya adalah Puwwara Serat Jayabaya halaman 844 ).

Emas di Bengawan Solo juga dikaitkan dengan sejarah kampung nelayan pada zaman kerajaan Majapahit, yang berhubungan dengan situs Kahayangan Api di Kecamatan Dander.

Puluhan atau bahkan ratusan tahun telah berlalu, banjir besar sudah ratusan kali terjadi, mungkinkah emas-emas yang telah terkubur itu kini muncul dan berserakan?

Kini, emas-emas itu tidak lagi dapat dicari dengan mudah di permukaan tanah berpasir di Bengawan Solo. Meski demikian, beberapa pendulang melakukan apa saja demi mendapatkannya. Ada yang sampai nekat menyelam kedung (tempat yang lebih dalam) untuk mengambil pasir dasar bengawan. Dibawa ke permukaan lantas didulang. 

Emas atau koin uang logam yang selama ini diburu warga tak selamanya menguntungkan. Kusnan (56) salah satu contohnya. Dia harus dirawat di RSUD dr Sosrodoro Djatikusumo setelah menemukan koin emas.

Kekagetan yang berlebihan menyebabkan Kusnan terserang stroke mendadak. Di rumah Kusnan inilah tengkulak dan pemburu emas berkumpul. Cerita bahwa Kusnan melanggar walat (larangan) dan sekarang sakit, menambah misteri emas Ngraho.

Hingga kini, ’’tambang emas’’ yang awalnya ditemukan sekelompok orang Ngawi pada pekan lalu itu belum membawa perubahan ekonomi berarti bagi kehidupan warga sekitar lokasi pendulangan. Rumah-rumah warga kampung Ngraho masih seperti dulu. Belum ada renovasi pertanda pendapatan mereka meningkat.

Emas di Bengawan Solo itu menjadi fenomena, namun belum mampu mengubah segalanya. Sebagian warga sudah mulai ada yang meninggalkan profesi dadakan itu. Ada yang karena takut melanggar walat, ada yang karena sulit mendapatkan emasnya.

Sempat beredar kabar areal pendulangan itu akan ditutup. Kabar yang tidak pasti asal dan tujuannya itu sempat membuat para pendulang khawatir. ”Kami ini orang kecil, hanya bisa berharap areal ini tidak ditutup,” ujar Lasidi (45).

Kepala Desa Ngraho Prastowo Rahadi mengatakan, tidak akan menutup tambang emas itu. ”Tuhan yang akan menutupnya karena sebentar lagi musim hujan,’’ katanya sambil tersenyum. Sudah jadi kebiasaan, musim hujan identik dengan musim banjir Bengawan Solo. *

Keluarga Ungkap Gerak-gerik Meli Joker Sebelum Ditemukan Gantung Diri

Laporan: Gatot Rianto

Tersangka penembakan terhadap istrinya di Bandara Internasional Kuala Lumpur

Tersangka Penembakan di Bandara Kuala Lumpur Coba Kabur dari Malaysia dengan Identitas Palsu

Tersangka penembakan terhadap istrinya di Bandara Internasional Kuala Lumpur (KLIA) berusaha melarikan diri dari Malaysia dengan menggunakan identitas palsu.

img_title
VIVA.co.id
17 April 2024