Cerita Kalapas Cebongan Soal Firasat Bakal Diserang

Menkumham saat meninjau Lapas Cebongan di Sleman, DIY.
Sumber :
  • ANTARA/Sigid Kurniawan
VIVAnews
Terpopuler: Kakak Beradik Korban Kecelakaan Tol Cikampek, Penyamaran Polisi Tangkap Pengedar Ganja
– Lembaga Pemasyarakatan Cebongan, Sleman, DIY, sudah berupaya melindungi Lapas dari kemungkinan buruk yang terjadi. Lapas langsung meminta tambahan personel pengamanan ke Polda DIY begitu tahu 4 dari 11 tahanan yang dititipkan Polda kepada mereka terlibat kasus pengeroyokan yang menewaskan anggota Detasemen Pelaksana Intelijen Kodam IV Diponegoro, Serka Heru Santosa.

Top Trending: Naik Bus Hantu dari Lampung ke Bekasi, Pimpinan Aolia Mbah Benu Beri Klarifikasi

Kepala Lapas Cebongan Sukamto mengatakan, sepanjang 30 tahun pengalamannya menjadi petugas Lapas, kali itu ia mendapat firasat buruk terkait nasib lapasnya. Setelah meneliti berkas tahanan titipan dari Polda DIY dan mengetahui beberapa tahanan tersebut pembunuh anggota Kopassus, Sukamto sangat khawatir. Ia takut peristiwa penyerangan dan pembakaran terhadap Polres Ogan Komering Ulu Sumatera Selatan terulang di Lapas Cebongan.
Dari Kristen ke Buddha, Akhirnya Marcell Siahaan Temukan Ketenangan di Islam


“Tahanan dititipkan Jumat siang, 23 Maret 2013. Hari itu karena mendapat firasat buruk, saya tidak pulang ke rumah meskipun sudah larut malam,” kata Sukamto, Selasa 26 Maret 2013. Sampai tengah malam  tepat pukul 24.00 WIB, ia mengendarai mobil berkeliling ke beberapa ruas jalan di sekitar Lapas Cebongan sampai ke Jalan Ring Road Utara Yogyakarta yang lokasinya tak jauh dari Lapas.


Sabtu 24 Maret 2013, dini hari pukul 01.30 WIB, telepon genggam Sukamto berdering. Rupanya salah satu petugas pengamanan Lapas menelonnya. Di ujung telepon, petugas itu mengatakan ada petugas lain yang datang. Namun belum sempat melanjutkan bicaranya, sambungan telepon tiba-tiba terputus.


“Saya mencoba menelepon petugas tadi, namun telepon genggamnya sudah mati. Saya mencoba telepon kantor, namun tak seorang pun mengangkatnya. Perasaan saya mulai tidak enak. Jangan-jangan Lapas saya diserang seperti kasus di OKU,” ujar Sukamto.


Sukamto pun langsung memacu mobilnya menuju Lapas Cebongan. Ia menyempatkan diri mampir ke Polsek Mlati Sleman untuk meminta bantuan pengamanan segera untuk Lapas Cebongan. “Saya Kalapas Cebongan, Pak. Minta bantuan secepatnya supaya anggota dikirim ke Lapas,” kata Sukamto dalam keadaan panik kepada anggota Polsek Mlati yang berjaga malam itu.


Sukamto lalu bergegas melanjutkan perjalanannya ke Lapas Cebongan. Namun setelah dekat dengan Lapas, Sukamto memutuskan untuk memarkir mobilnya tak tepat di depan Lapas, melainkan di depan beberapa ruko yang berjarak sekitar 300 meter di sebelah selatan Lapas Cebongan.


“Ketika itu saya berpikir, kalau saya langsung menuju Lapas, maka saya akan turut menjadi korban jika benar Lapas diserang,” ujar Sukamto. Setelah memarkir mobil, ia kemudian berjalan menuju Lapas. Jalan yang dipilihnya pun bukan jalan utama menuju Lapas, namun melalui areal persawahan yang ada di depan Lapas Cebongan.


“Saat tiba di areal persawahan depan Lapas, kondisi Lapas tampak lengang. Namun setelah memasuki Lapas, saya menemukan penjaga Lapas dalam kondisi syok, kebingungan, dan banyak yang mengalami luka akibat dipukul, ditentang, ditodong serta dipopor dengan senjata, bahkan diancam dengan granat,” kata Sukamto.


Dalam kondisi syok dan goncang itu, beberapa saat kemudian anggota Polsek Mlati datang ke Lapas dan langsung berkoordinasi dengan Polres Sleman dan Polda DIY terkait penyerangan oleh orang-orang tak dikenal yang membawa senjata lengkap ke Lapas Cebongan.


“Saat itu juga saya mendapatkan laporan bahwa 4 tahanan titipan dari Polda DIY yang terlibat kasus dengan anggota Kopassus telah tewas diberondong peluru di sel A-5,” ujar Sukamto. (umi)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya